Hakikat dajjal : makhluq mengerikan
ataukah kaum kufar?
Banyak sekali cerita seputar sosok makhluq mengerikan yang
dijuluki Dajjal dan dari sekian ba-nyak cerita tersebut memang sebagian
didasarkan kepada informasi yang disampaikan oleh sejumlah hadits, namun
sebagian lainnya cerita seputar Dajjal benar-benar melampaui batas serta tidak
ada pija-kan dalil naqliy apa pun. Terlepas dari realitas tersebut, maka bagian
cerita yang berlandaskan hadits sekali pun tidak dapat dimasukkan ke dalam
kategori harus diyakini (وَجَبَ الإِيْمَانُ بِهِ) dan jika tidak men-jadi kufur, sebab hadits
tentang Dajjal tidak ada satu pun yang mutawatir (يُفِيْدُ
الْقَطْعَ) melainkan seluruh-nya
ahad (يُفِيْدُ الظَّنَّ). Oleh karena itu, daripada berkutat dengan
informasi اَلظَّنِّ tentu saja yang lebih ha-rus diutamakan
adalah realitas Dajjal (حَقِيْقَةُ الدَّجَّالِ) yakni apakah semata makhluq mengerikan yang
di tangan kanannya ada surga dan neraka di tangan kiri, ataukah Dajjal itu
adalah sifat dan sikap manusia yang kufur kepada Allah SWT?
Dalil yang mengungkap realitas Dajjal sebagai
makhluq mengerikan ternyata tidak lebih banyak dan tidak lebih kuat daripada
dalil yang menunjukkan realitas Dajjal sebagai sifat dan sikap manusia yang
kufur kepada Allah SWT. Bahkan realitas Dajjal sebagai sifat dan sikap manusia
yang kufur ke-pada Allah SWT, lebih banyak diungkapkan oleh hadits dengan
bentuk صَرَاحَةً,
sehingga dapat dipaham-kan secara مَنْطُوْقًا (tekstual) dan tidak perlu secara مَفْهُوْمًا (kontekstual).
Rasulullah saw menyatakan :
وَإِنَّهُ
سَيَكُونُ فِي أُمَّتِي ثَلَاثُونَ كَذَّابُونَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ
نَبِيٌّ وَأَنَا خَاتَمُ النَّبِيِّينَ لَا نَبِيَّ بَعْدِي (رواه الترمذي)
لَا
تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَخْرُجَ ثَلَاثُونَ دَجَّالُونَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ
أَنَّهُ رَسُولُ اللَّهِ (رواه ابو داود)
لَا
تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَخْرُجَ ثَلَاثُونَ كَذَّابًا دَجَّالًا كُلُّهُمْ
يَكْذِبُ عَلَى اللَّهِ وَعَلَى رَسُولِهِ (رواه ابو داود)
وَإِنَّهُ
سَيَكُونُ فِي أُمَّتِي كَذَّابُونَ ثَلَاثُونَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ
نَبِيٌّ وَأَنَا خَاتَمُ النَّبِيِّينَ لَا نَبِيَّ بَعْدِي (رواه احمد)
يَكُونُ
فِي آخِرِ الزَّمَانِ دَجَّالُونَ كَذَّابُونَ يَأْتُونَكُمْ مِنْ الْأَحَادِيثِ
بِمَا لَمْ تَسْمَعُوا أَنْتُمْ وَلَا آبَاؤُكُمْ فَإِيَّاكُمْ وَإِيَّاهُمْ لَا
يُضِلُّونَكُمْ وَلَا يَفْتِنُونَكُمْ (رواه مسلم)
سَيَكُونُ فِي أُمَّتِي
دَجَّالُونَ كَذَّابُونَ يُحَدِّثُونَكُمْ بِبِدَعٍ مِنْ الْحَدِيثِ بِمَا لَمْ
تَسْمَعُوا أَنْتُمْ وَلَا آبَاؤُكُمْ فَإِيَّاكُمْ وَإِيَّاهُمْ لَا
يَفْتِنُونَكُمْ (رواه احمد)
Hadits-hadits tersebut menunjukkan bahwa :
1.
semesta pembicaraan (جَوُّ
الْكَلاَمِ) yang dijadikan aspek
yang harus diperhatikan (تَنْبِيْهًا) adalah para pendusta yang melegalkan
aksinya atas nama Allah SWT dan Rasulullah saw.
2.
penyebutan دَجَّالُونَ pada hadits nomor dua, lima dan enam
ternyata dikaitkan dengan sifat كَذَّابُونَ, baik secara مَنْطُوْقًا (pada hadits nomor lima dan enam) maupun مَفْهُوْمًا (pada hadits nomor
dua). Arti-nya, walau pada hadits nomor dua tidak ada penyebutan كَذَّابُونَ namun karena sifat دَجَّالُونَ pada ha-dits nomor lima
dan enam adalah كَذَّابُونَ ditambah lagi realitas sikapnya adalah sama
yakni sama-sama mengklaim diri sebagai Nabi dan Rasul maka realitas دَجَّالُونَ pada hadits nomor dua
adalah sa-ma persis dengan pada hadits nomor lima dan enam, yakni كَذَّابُونَ.
3.
realitas aksi para كَذَّابُونَ itu adalah penggoyahan terhadap pemikiran
asasi dalam Islam (اَلْعَقِيْدَةُ) se-perti mengaku diri sebagai Nabi dan
Rasul setelah Nabi Muhammad saw juga menyebarluaskan in-formasi palsu dan
manipulatif yang diklaim sebagai bagian dari hadits Rasulullah saw.
4.
penyebutan Dajjal pendusta ternyata dalam bentuk jamak yakni دَجَّالُونَ كَذَّابُونَ
dan nakirah sehingga semakin memastikan bahwa yang dimaksudkan sama sekali
bukan sosok makhluq tertentu melain-kan sifat dan sikap sekelompok manusia yang
mengklaim diri sebagai Nabi dan atau Rasul juga menyebarluaskan informasi
manipulatif yang disandarkan kepada Rasulullah saw. Kedua aksi me-reka itulah
yang merubah realitas دَجَّالُونَ كَذَّابُونَ yang nakirah menjadi ma’rifah yakni tidak
lagi sem-barang makhluq melainkan dipastikan sekelompok manusia kufur yang
mempropagandakan keku-furan.
Pemahaman tersebut
juga ditunjukkan oleh sebuah dalil berikut :
عَنْ
مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ قَالَ رَأَيْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ
يَحْلِفُ بِاللَّهِ أَنَّ ابْنَ صَائِدٍ الدَّجَّالُ فَقُلْتُ أَتَحْلِفُ
بِاللَّهِ قَالَ إِنِّي سَمِعْتُ عُمَرَ يَحْلِفُ عَلَى ذَلِكَ عِنْدَ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ يُنْكِرْهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (رواه مسلم)
dari Muhammad bin
Munkadir berkata bahwa saya melihat Jabir bin Abdillah bersumpah dengan na-ma
Allah bahwa Ibnu Shaaid adalah dajjal. Lalu saya (Muhammad bin Munkadir)
bertanya : apakah engkau bersumpah dengan nama Allah? Dia (Jabir) menjawab :
sungguh saya pernah mendengar Umar bersumpah yang serupa di sisi Nabi saw maka
Nabi saw sama sekali tidak menolaknya
terlepas dari siapa sebenarnya sosok Ibnu
Shaaid yang dimaksudkan oleh Jabir bin Abdillah, yang pasti Jabir bersumpah
dengan Allah SWT bahwa orang tersebut adalah dajjal, yakni bagian dari manusia
yang mengklaim diri sebagai Nabi dan Rasul pasca Nabi Muhammad saw, atau yang
menyebarluaskan informasi manipulatif yang disandarkan kepada Rasulullah saw.
Sikap Jabir tersebut ternyata disandar-kan kepada sikap serupa yang telah
dilakukan oleh Umar bin Khaththab bahkan di samping Nabi Muhammad saw sendiri
dan saat itu beliau saw sama sekali tidak menolak atau menyalahkan tindakan
Umar tersebut.
Dengan demikian komunitas manusia yang
mengaku diri sebagai Nabi dan Rasul serta menyebar-luaskan informasi
manipulatif yang disandarkan kepada Rasulullah saw, telah muncul ke permukaan kehidupan
umat Islam bahkan ketika Nabi Muhammad saw masih mengurus dan memimpin mereka.
Lalu berlanjut kejadiannya setelah Nabi Muhammad saw wafat dan salah seorang
sahabat yang me-nyaksikan langsung peristiwa kemunculannya adalah Jabir bin
Abdillah. Oleh karena itu, tidak diragu-kan lagi bahwa realitas دَجَّالُونَ كَذَّابُونَ
yang dimaksudkan oleh seluruh dalil tersebut adalah kaum kufar dengan seluruh
sifat dan sikap mereka yang selalu akan berusaha keras untuk menghancurkan
Islam, umat Islam berikut kehidupan Islami. Allah SWT menyatakan :
وَلَا
يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ
اسْتَطَاعُوا وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ
فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَأُولَئِكَ
أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
(البقرة : 217)
Mereka (kaum kufar) tidak akan pernah
henti-hentinya memerangi kalian (umat Islam) hingga mereka berhasil memurtadkan
kalian dari agama kalian sekuat kemampuan yang mereka miliki, dan siapa saja di
antara kalian murtad dari agamanya lalu dia mati dalam keadaan kafir, maka
itulah orang-orang yang dipastikan hancur seluruh amalnya di dunia dan akhirah
dan mereka itulah penghuni ne-raka, mereka pasti kekal di dalamnya
Antara dajjal dan para imam yang menyesatkan
Berbagai hadits memang menunjukkan bahwa salah satu perkara yang
paling dikhawatirkan oleh Rasulullah saw akan menimpa umat Islam sepeninggal
beliau adalah dajjal. Namun demikian yang harus dipastikan adalah dajjal yang
dimaksudkan tentu saja bukan sosok makhluq mengerikan seperti yang diungkapkan
oleh sejumlah hadits, melainkan دَجَّالُونَ
كَذَّابُونَ yakni sekelompok
manusia kufur pe-laku utama dalam propaganda kekufuran.
Oleh karena itu, barisan manusia pengusung
aneka rupa konsepsi kufur baik dari kalangan kaum kufar sendiri maupun dari
kalangan umat Islam tidak diragukan lagi mereka adalah hakikat yang
di-maksudkan oleh pernyataan Rasulullah saw :
يَكُونُ
فِي آخِرِ الزَّمَانِ دَجَّالُونَ كَذَّابُونَ يَأْتُونَكُمْ مِنْ الْأَحَادِيثِ
بِمَا لَمْ تَسْمَعُوا أَنْتُمْ وَلَا آبَاؤُكُمْ فَإِيَّاكُمْ وَإِيَّاهُمْ لَا
يُضِلُّونَكُمْ وَلَا يَفْتِنُونَكُمْ (رواه مسلم)
akan ada di akhir
zaman دَجَّالُونَ كَذَّابُونَ yang mempropagandakan berbagai hadits yang
belum pernah didengar baik kalian maupun bapak-bapak kalian. Oleh akrena itu,
wajib bagi kalian maupun bapak-napak kalian untuk menjauhi mereka supaya mereka
tidak akan menyesatkan kalian dan tidak akan mengkufurkan kalian
Propaganda kekufuran seperti pluralisme,
demokrasi, toleransi, liberalisme, kapitalisme, nasionalisme, humanisme,
kebebasan menyeluruh dan sebagainya, adalah ciri khas, trade mark (mereka
dagang) se-kaligus realitas faktual dari دَجَّالُونَ
كَذَّابُونَ saat ini, setelah umat
Islam menjalankan kehidupan mereka lebih dari 86 tahun tanpa Khilafah
Islamiyah.
Eksistensi دَجَّالُونَ كَذَّابُونَ telah berhasil gilang gemilang dalam
mengkisruhkan pemikiran umat Is-lam sekaligus menyesatkan sikap dan tingkah
laku mereka dalam menyelenggarakan kehidupan di du-nia. Akibat akhirnya sudah
dapat diduga yakni seiring dengan waktu umat Islam benar-benar semakin menjauhi
sekaligus membenci Islam. Kebencian umat Islam kepada Islam berikut seluruh pemikiran
dasar, cabang maupun turunannya tersebut bahkan melebihi sikap benci para
pendengki yang pernah ada di masa lalu seperti si pendusta Musailimah, Abdullah
bin Ubay, Abdullah bin Saba dan lainnya.
Mengapa demikian? Tentu saja karena kebencian para pendengki di
masa lalu adalah wajar dan keniscayaan faktual, sebab mereka memang bukan
bagian integral dari Islam dan masyarakat Islami. Namun, kebencian umat Islam
saat ini kepada Islam adalah sama sekali tidak wajar, tidak lazim, tidak
lumrah, tidak pantas sebab :
1.
secara otomatis telah menyangkal pengakuan sangat ngotot yang
selama ini dipertahankan bahwa mereka telah iman kepada Allah SWT, bahkan
mereka benar-benar marah jika dituding telah mur-tad dari Islam atau telah
bersikap kufur kepada Allah SWT. Padahal hakikat mereka tidak diragu-kan lagi
telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh Allah SWT :
أَحَسِبَ
النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ
صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ (العنكبوت : 2-3)
Mereka
adalah golongan الْكَاذِبِينَ dan sama sekali
bukan golongan الَّذِينَ صَدَقُوا.
2.
tidak memenuhi rukun implementasi iman yang ditetapkan dalam
pernyataan Rasulullah saw :
الْإِيمَانُ
مَعْرِفَةٌ بِالْقَلْبِ وَقَوْلٌ بِاللِّسَانِ وَعَمَلٌ بِالْأَرْكَانِ (رواه ابن
ماجه)
Mereka
tidak melaksanakan rukun الْإِيمَانُ مَعْرِفَةٌ
بِالْقَلْبِ yakni karena terbukti tidak menjadi aqidah Isla-miyah sebagai
kaidah dan kepemimpinan berpikir mereka. Mereka tidak melaksanakan rukun ke-dua
yakni وَقَوْلٌ بِاللِّسَانِ dan itu terbukti
dari ucapan mereka yang dipenuhi oleh seruan maupun pro-paganda kekufuran dan
ajakan pasti untuk memberlakukannya dalam kehidupan dunia. Rukun ke-tiga yakni وَعَمَلٌ بِالْأَرْكَانِ tentu saja sangat nyata telah lama
mereka tinggalkan dan realitas kehidupan mereka saat menjadi bukti tak
terbantahkan untuk itu : kehidupan kufur berbasis sekularisme.
Lalu, apa yang
dapat dipahamkan dari sejumlah hadits Nabi Muhammad saw yang antara lain adalah
:
قَالَ
أَبُو ذَرٍّ كُنْتُ أَمْشِي مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَقَالَ لَغَيْرُ الدَّجَّالِ أَخْوَفُنِي عَلَى أُمَّتِي قَالَهَا
ثَلَاثًا قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا هَذَا الَّذِي غَيْرُ الدَّجَّالِ
أَخْوَفُكَ عَلَى أُمَّتِكَ قَالَ أَئِمَّةً مُضِلِّينَ (رواه احمد)
Abu Dzar berkata,
saya tengah berjalan bersama Rasulullah saw, lalu beliau berkata : sungguh
bukan dajjal yang membuat diriku khawatir atas umatku (beliau mengucapkan itu
sebanyak tiga kali). Dia (Abu Dzar) berkata, saya bertanya wahai Rasulullah saw
apa lagi selain dajjal yang membuat Anda khawatir atas umat Anda? Beliau
menjawab : أَئِمَّةً مُضِلِّينَ
Ternyata tidak
hanya Abu Dzar yang pernah mendengar kekhawatiran Rasulullah saw atas umat
Islam tersebut melainkan juga Ka’ab dan Amirul Mukminin Umar, seperti yang
terungkap dalam riwayat berikut :
قَالَ
عُمَرُ يَعْنِي لِكَعْبٍ إِنِّي أَسْأَلُكَ عَنْ أَمْرٍ فَلَا تَكْتُمْنِي قَالَ
وَاللَّهِ لَا أَكْتُمُكَ شَيْئًا أَعْلَمُهُ قَالَ مَا أَخْوَفُ شَيْءٍ تَخَوَّفُهُ
عَلَى أُمَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَئِمَّةً
مُضِلِّينَ قَالَ عُمَرُ صَدَقْتَ قَدْ أَسَرَّ ذَلِكَ إِلَيَّ وَأَعْلَمَنِيهِ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (رواه احمد)
Umar berkata
yakni kepada Ka’ab : sungguh aku akan bertanya kepadamu tentang suatu perkara
ma-ka janganlah kamu menyembunyikannya dariku. Dia (Ka’ab) berkata : demi
Allah, saya tidak akan menyembunyikan dari Anda sesuatu pun yang saya ketahui.
Dia (Umar) berkata : apa perkara yang paling mngkhawatirkan akan menimpa umat
Muhammad saw? Dia (Ka’ab) menjawab : أَئِمَّةً
مُضِلِّينَ. Umar berkata lagi :
kamu benar, perkara itu memang telah ditunjukkan dan diajarkan kepadaku oleh
Rasulullah saw
Jadi, seperti halnya persoalan dajjal (دَجَّالُونَ
كَذَّابُونَ) yang telah menjadi
opini umum umat Islam sepanjang kepemimpinan Khulafa Rasyidun, maka begitu juga
tentang أَئِمَّةً مُضِلِّينَ.
Namun di antara ke-dua persoalan krusial tersebut adalah أَئِمَّةً مُضِلِّينَ
yang paling mengkhawatirkan Rasulullah saw akan me-nimpa atau dialami oleh umat
Islam sepeninggal beliau.
Sepanjang Khulafa Rasyidun, kemunculan دَجَّالُونَ كَذَّابُونَ
maupun أَئِمَّةً مُضِلِّينَ
dapat dicegah tidak hanya oleh kekuatan sosok empat orang Khulafa Rasyidun tapi
juga oleh seluruh umat Islam saat itu yang notabene adalah para sahabat
Rasulullah saw. Realitas tersebut dinyatakan oleh Rasulullah saw sebagai masa
terbaik alias masa keemasan dari perjalanan kehidupan umat Islam di dunia
sekaligus kelanjutan paling tepat dari masa beliau saw sendiri :
تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا
شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ
تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ
تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا (رواه احمد)
Namun ternyata
perjalanan kehidupan umat Islam tidak berhenti atau tidak berakhir di masa
Khulafa Rasyidun melainkan berlanjut dan tentu saja yang tidak pernah berlanjut
adalah realitas kehidupan ter-baik yang terjadi pada masa itu. Rasulullah saw
menyatakan :
ثُمَّ
تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ
يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً
فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ
يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا (رواه احمد)
Khalifah terakhir dari barisan Khulafa Rasyidun
yakni Imam Ali bin Abi Thalib berhasil digulingkan oleh pemberontakan yang
dilakukan oleh Muawiyah dan sejak itu kehidupan dunia beralih dari pengu-asa
terbaik (خِيَارُ الأَئِمَّةِ)
kepada penguasa terburuk (شِرَارُ الأَئِمَّةِ) untuk pertama kalinya yakni Muawiyah.
Dengan demikian, realitas مُلْكًا عَاضًّا adalah Muawiyah dan realitas مُلْكًا جَبْرِيَّةً
adalah para pelanjutnya, hingga Khilafah Islamiyah terakhir yang pernah ada
yakni Utsmaniyah di Istambul. Keseluruhannya adalah berada dalam kategori أَئِمَّةً مُضِلِّينَ,
kecuali beberapa orang Khalifah : Umar bin Abdilaziz, Harun Ar-Rasyid, Muhammad
Al-Fatih dan Abdul Hamid II.
Jadi, dua perkara yang paling dikhawatirkan akan terjadi atas umat
Islam oleh Rasulullah saw yakni دَجَّالُونَ
كَذَّابُونَ dan أَئِمَّةً مُضِلِّينَ
ternyata keduanya telah terjadi, bahkan perkara yang kedua yakni دَجَّالُونَ كَذَّابُونَ
hingga saat ini masih berlangsung dan semakin kuat dalam aksinya. Lebih dari
itu, sebe-narnya eksistensi دَجَّالُونَ
كَذَّابُونَ yang makin kuat saat
ini adalah akibat dari kemunculan أَئِمَّةً
مُضِلِّينَ pasca Khulafa Rasyidun
lalu berlanjut dengan tragedi paling mengerikan yang pernah menimpa dunia yaitu
diruntuhkannya Khilafah Islamiyah oleh Inggris pada 3 Maret 1924.
Wal hasil, realitas دَجَّالُونَ كَذَّابُونَ
hari ini adalah seluruh kaum kufar dan negara kufur yang ada di Dunia Barat
yang sekarang makin berhimpun bersatu padu dalam melakukan aksinya di bawah
kendali Amerika Serikat. Oleh karena itu untuk melepaskan kehidupan dunia dari
cengkeraman mereka dan mengembalikannya Islami lagi seperti pada masa Khulafa
Rasyidun (ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى
مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ), maka metode
satu-satunya umat Islam wajib membai’at seseorang untuk menjadi Khalifah
sehingga Khilafah Islamiyah ada lagi dan selanjutnya Khalifah akan memimpin
pasukan Khilafah untuk memerangi pasu-kan دَجَّالُونَ
كَذَّابُونَ. Jadi, apakah umat
Islam masih akan terus menunggu turunnya Imam Mahdi atau Na-bi Isa, sementara
itu mereka tidak berbuat apa pun yang diperintahkan oleh Islam? Seharusnya umat
Is-lam kembali memahami pernyataan Allah SWT :
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ
بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا أُولَئِكَ الَّذِينَ
كَفَرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ وَلِقَائِهِ فَحَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فَلَا نُقِيمُ
لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا ذَلِكَ جَزَاؤُهُمْ جَهَنَّمُ بِمَا كَفَرُوا
وَاتَّخَذُوا ءَايَاتِي وَرُسُلِي هُزُوًا (الكهف : 103-106)
No comments:
Post a Comment