Kaidah Pemikiran (اَلْقَاعِدَةُ
الْفِكْرِيَّةُ)
Islam telah memastikan sejumlah kaidah berkenaan dengan sumber
informasi untuk membangun pemikiran :
1.
syarat-syarat pembebanan peraturan (شُرُوْطُ التَّكْلِيْفِ) adalah عَاقِلاً بَالِغًا قَادِرًا (beraqal, baligh, mampu) berdasarkan
dalil yakni pernyataan Allah SWT dan Rasulullah saw :
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
(البقرة : 286)
رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلَاثَةٍ عَنْ النَّائِمِ حَتَّى
يَسْتَيْقِظَ وَعَنْ الطِّفْلِ حَتَّى يَحْتَلِمَ وَعَنْ الْمَجْنُونِ حَتَّى
يَبْرَأَ أَوْ يَعْقِلَ (رواه احمد)
Oleh karena itu, berfungsinya aqal seseorang
untuk dapat berpikir adalah pokok dari segala kepu-tusan orang tersebut untuk
dapat memutuskan suatu pemikiran dengan benar atau justru salah, atau melakukan
maupun tidak melakukan suatu perbuatan. Fungsi aqal yakni berpikir ditentukan
oleh empat unsur : otak yang waras (اَلدِّمَاغُ الصَّالِحُ),
indera manusia (حَوَّاسُ الإِنْسَانِ),
informasi sebelumnya (اَلْمَعْلُوْمَاتُ السَّابِقَةُ)
dan fakta (اَلْوَاقِعُ). Keempat unsur
tersebut dipastikan oleh realitas atau hakikat ber-pikir itu sendiri dan juga
oleh sejumlah dalil naqliy antara lain :
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ
أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ
وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (النحل : 78)
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ
وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي
الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ
مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ
دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ
وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ (البقرة : 164)
2.
setiap fakta yang terindera (اَلْوَاقِعُ الْمَحْسُوْسُ) maka dapat dipikirkan eksistensi dan
hakikatnya oleh aqal, sehingga keputusan untuk menetapkan hukum terhadap fakta
tersebut (ada, tidak ada, benar, salah dan sebagainya) harus berdasarkan kepada
dalil aqliy. Siang, malam, aqal, berpikir, metode berpikir, iman kepada Allah
SWT, iman kepada Al-Quran, masyarakat dan sebagainya, semuanya adalah fakta
yang realitas atau hakikatnya ditetapkan berdasarkan dalil aqliy. Inilah yang
dituntut oleh pernyataan Allah SWT :
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ
وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا (الإسراء : 36)
3.
diutusnya Nabi Muhammad saw sebagai Nabi dan Rasul terakhir
berikut diturunkannya Al-Quran sebagai wahyu Allah SWT yang penghabisan dan
ditetapkannya Islam sebagai رِسَالَةُ اللهِ لِلنَّاسِ كَافَّةً (ri-salah Allah bagi seluruh manusia),
memastikan bahwa informasi wahyu (دَلِيْلاً نَقْلِيًّا)
yang masih ber-laku serta benar bagi kehidupan manusia adalah
hanya yang ditunjukkan oleh Al-Quran dan yang dibenarkan oleh Al-Quran yaitu
As-Sunnah, Ijma Sahabat dan Qiyas. Oleh karena itu, seluruh in-formasi dalam
Al-Quran baik yang berkenaan dengan kisah para Nabi (sebelum Nabi Muhammad saw)
beserta umatnya masing-masing, berkenaan dengan sifat suatu fakta (bumi, bulan,
matahari, siang, malam, manusia, hewan, pohon, batu, air, angin, laut dan
sebagainya), berkenaan dengan se-mua sifat Allah SWT, berkenaan dengan
sifat-sifat dari perkara-perkara yang ghaib dari pengin-deraan manusia (jannah,
neraka, iblis, malaikat, ‘arasy, jin dan sebagainya) maupun berkenaan de-ngan
penetapan syariah (اَلتَّشْرِيْعُ),
adalah benar menurut Allah SWT dan atau benar karena sesuai dengan realitasnya
di masa lalu. Sebagai contoh : Nabi Nuh as telah menyampaikan risalah Allah SWT
kepada kaumnya selama 1000 tahun dikurangi 50 tahun dan informasi itu diperoleh
dari Al-Quran :
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ
فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلَّا خَمْسِينَ عَامًا فَأَخَذَهُمُ الطُّوفَانُ
وَهُمْ ظَالِمُونَ (العنكبوت : 14)
4.
Al-Quran membenarkan seluruh kitab yang diturunkan sebelumnya
yakni kitab-kitab tersebut ada-lah berasal dari Allah SWT :
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا
بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ
بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ
الْحَقِّ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ
لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا ءَاتَاكُمْ فَاسْتَبِقُوا
الْخَيْرَاتِ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ
فِيهِ تَخْتَلِفُونَ (المائدة : 48)
Ungkapan مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ memastikan bahwa Al-Quran membenarkan
seluruh kitab yang telah diturunkan oleh Allah SWT, antara lain yang paling
dekat dengan masa Al-Quran sendiri yakni Taurah dan Injil. Kemudian ungkapan وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ memastikan bahwa eksistensi Al-Quran
berserta seluruh ketentuan Allah SWT yang ada di dalamnya (syariah Islamiyah),
berposisi sebagai حَاكِمًا yakni menjadi standard
bagi benar dan salahnya semua kitab sebelumnya. Lalu pernyataan لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ
شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا menetapkan bahwa setiap
Nabi beserta umatnya masing-masing adalah diberi syariah (شِرْعَةً) dan jalan (مِنْهَاجًا) sendiri-sendiri oleh Allah SWT dan itu
termasuk Nabi Mu-hammad saw dengan شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا
berupa syariah Islamiyah. Realitas tersebut adalah taqdir Allah SWT sehingga
aqal manusia tidak perlu mempersoalkannya dan yang harus diputuskan oleh aqal
adalah melaksanakan seluruh ketentuan Allah SWT yang telah ditetapkan dalam شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا ter-sebut masing-masing dengan sempurna : فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ. Bahkan ketika Islam diturunkan maka se-cara
otomatis seluruh شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا
yang pernah diturunkan sebelumnya adalah berakhir masa berla-kunya dan menjadi شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا yang salah dan haram diberlakukan oleh
seluruh manusia termasuk Yahudi (penganut syariah Taurah) dan Nashara (penganut
syariah Injil). Pemahaman ini sesuai de-ngan pernyataan Rasulullah saw :
أُعْطِيتُ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ مِنْ
الْأَنْبِيَاءِ قَبْلِي نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ وَجُعِلَتْ لِي
الْأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا وَأَيُّمَا رَجُلٍ مِنْ أُمَّتِي أَدْرَكَتْهُ
الصَّلَاةُ فَلْيُصَلِّ وَأُحِلَّتْ لِي الْغَنَائِمُ وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ
إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ كَافَّةً وَأُعْطِيتُ
الشَّفَاعَةَ (رواه البخاري)
Diberikan kepadaku lima perkara yang belum
pernah diberikan kelimanya itu kepada seorang pun dari kalangan para nabi
sebelumku : aku diberi pertolongan dengan munculnya ketakutan (pada musuh)
dalam perjalanan sebulan dan dijadikan bagiku bumi itu sebagai masjid serta
suci sehing-ga ketika seseorang dari umat ku telah datang kepadanya waktu
shalat maka shalatlah dan diha-lalkan bagiku ghanimah dan seorang nabi itu
diutus kepada kaumnya saja sedangkan aku diutus kepada seluruh manusia dan
diberikan kepadaku syafaah
Pernyataan وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ كَافَّةً memastikan
bahwa seluruh manusia (termasuk اَهْلُ التَّوْرَةِ وَاَهْلُ الإِنْجِيْلِ) menjadi objek seruan Islam dan mereka wajib mematuhi seluruh
ketentuan Islam walau mereka ti-dak bersedia masuk Islam yakni berstatus اَهْلُ الذِّمَّةِ. Hal ini
yang ditunjukkan secara gamblang oleh pernyataan Allah SWT :
قُلْ يَاأَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى
كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا
نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ
اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ (آل عمران :
64)
Perintah mendakwahi ahlul kitab tersebut telah dilakukan secara
riil oleh Rasulullah saw baik be-liau sendiri maupun melalui para sahabat.
Inilah yang ditunjukkan oleh dua dalil berikut :
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ مِنْ مُحَمَّدٍ عَبْدِ
اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى هِرَقْلَ عَظِيمِ
الرُّومِ سَلَامٌ عَلَى مَنْ اتَّبَعَ الْهُدَى أَمَّا بَعْدُ فَإِنِّي أَدْعُوكَ
بِدِعَايَةِ الْإِسْلَامِ أَسْلِمْ تَسْلَمْ يُؤْتِكَ اللَّهُ أَجْرَكَ
مَرَّتَيْنِ فَإِنْ تَوَلَّيْتَ فَإِنَّ عَلَيْكَ إِثْمَ الْأَرِيسِيِّينَ وَ يَا
أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَنْ
لَا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ
بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا
اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ (رواه البخاري)
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا بَعَثَ مُعَاذًا رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ عَلَى الْيَمَنِ قَالَ إِنَّكَ تَقْدَمُ عَلَى قَوْمٍ أَهْلِ كِتَابٍ
فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ عِبَادَةُ اللَّهِ فَإِذَا عَرَفُوا
اللَّهَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ
فِي يَوْمِهِمْ وَلَيْلَتِهِمْ فَإِذَا فَعَلُوا فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ
فَرَضَ عَلَيْهِمْ زَكَاةً مِنْ أَمْوَالِهِمْ وَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ
فَإِذَا أَطَاعُوا بِهَا فَخُذْ مِنْهُمْ وَتَوَقَّ كَرَائِمَ أَمْوَالِ النَّاسِ
(رواه البخاري)
Mengapa ahlul kitab (اَهْلُ التَّوْرَةِ
وَاَهْلُ الإِنْجِيْلِ) diwajibkan oleh Allah SWT untuk
beriman kepada Nabi Muhammad saw dan masuk ke dalam Islam, bukankah mereka pun
memiliki Nabi dan Kitab sen-diri yang juga diutus dan diturunkan oleh Allah SWT
kepada mereka? Jawabannya adalah karena :
1. Allah SWT telah sejak awal Nabi
Musa as dan Nabi Isa as diutus telah memberikan informasi pasti kepada Bani
Israil (اَهْلُ التَّوْرَةِ وَاَهْلُ الإِنْجِيْلِ) tentang
akan diutusnya Nabi terakhir yakni Mu-hammad saw dan fakta itu dicantumkan baik
dalam Taurah maupun Injil. Artinya kedatangan Nabi Muhammad saw yang menjadi
penutup para Nabi dan Rasul sama sekali bukan hal yang bersifat tiba-tiba,
dadakan dan mengejutkan, melainkan telah sangat dinantikan oleh seluruh manusia
saat itu yang didominasi oleh Bani Israil.
2. diutusnya Nabi Muhammad saw
menjadi Nabi terakhir memastikan bahwa Al-Quran (sumber Islam) adalah ketentuan
Allah SWT yang menggantikan ketentuan sebelumnya yakni yang ber-sumber dari
Taurah dan Injil. Sehingga اَهْلُ التَّوْرَةِ وَاَهْلُ الإِنْجِيْلِ secara
otomatis wajib meninggal-kan kedua kitab langit tersebut dan beralih secara
total kepada Al-Quran. Apalagi pada faktanya selama sebelum Islam diturunkan
pun mereka tidak dan belum pernah memberlakukan Taurah maupun
Injil secara sempurna, menyeluruh dan utuh dalam kehidupan mereka. Allah SWT
me-nyatakan :
قُلْ
يَاأَهْلَ الْكِتَابِ لَسْتُمْ عَلَى شَيْءٍ حَتَّى تُقِيمُوا التَّوْرَاةَ
وَالْإِنْجِيلَ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ وَلَيَزِيدَنَّ كَثِيرًا
مِنْهُمْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ طُغْيَانًا وَكُفْرًا فَلَا تَأْسَ
عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ (المائدة : 68)
3. realitas atau hakikat Taurah
maupun Injil saat Nabi Muhammad saw dipastikan menjadi Rasu-lullah adalah sudah
bukan lagi dua Kitab yang hanya berisi 100 persen كَلاَمُ اللهِ,
melainkan telah bercampur baur dengan kata-kata, ucapan
maupun pemikiran para pemuka Bani Israil sendiri yang dikenal
dengan sebutan : أَحْبَارٌ
وَرُهْبَانٌ, seperti yang diungkapkan oleh
Allah SWT :
اتَّخَذُوا
أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ
مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلَّا
هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ (التوبة : 31)
Realitas
buku “ARMAGEDDON : PEPERANGAN AKHIR ZAMAN”
Ir. Wisnu Sasongko, M.T.
menjadikan berbagai informasi dalam Taurah dan Injil yang dia klaim berhubungan
dengan Armageddon, sebagai asas untuk membangun pemikirannya dan itu menempati
minimal 90 persen dari keseluruhan gagasan dia yang ada dalam bukunya. Bahkan
seluruh informasi dari Taurah dan Injil dia jadikan sebagai arus utama
dan pokok bagi seluruh pemikiran, gagasan mau-pun khayalannya tentang
Armageddon. Sedangkan beberapa ayat Al-Quran dan hadits yang dia guna-kan hanya
diposisikan sebagai pelengkap, penyempurna dan penguat bagi seluruh pemikiran,
gagasan maupun khayalannya yang telah dia bangun berdasarkan informasi Taurah
dan Injil. Jadi ayat dan ha-dits tersebut hanya dijadikan legitimasi
alias pensah bagi seluruh kesimpulan yang muncul dari hasil berpikirnya
dengan asas informasi dari Taurah dan Injil. Lebih mengerikan lagi adalah dia
telah me-langkah lebih jauh untuk semakin keliru yakni dengan
melakukan ta’wil terhadap hampir seluruh in-formasi yang dia ambil dari Taurah
dan Injil. Sikap tersebut telah menjadikan buku “ARMAGED-DON : PEPERANGAN
AKHIR ZAMAN” sebagai tempat sampah besar yang berisi berbagai
sam-pah informasi yang bercampur baur dengan sampah
kesimpulan, gagasan dan khayalannya sendiri yang dia bangun berdasarkan
informasi sampah tersebut. Oleh karena itu, berdasarkan realitas kompo-sisi
sumber informasi maupun kesimpulan, gagasan dan khayalan yang dibangun
berdasarkan sumber informasi tersebut, maka dapat dipastikan bahwa buku
tersebut sama sekali bukan buku ilmiah bahkan tidak dapat dikategorikan sekedar
fiksi ilmiah sekali pun. Tentu saja, buku tersebut akan semakin tidak
bernilai apa pun dan sebaliknya akan semakin menjadi sampah,
jika dicoba dianalisis dengan metode berpikir aqliyah yang mengharuskan empat
unsur dalam berpikir yakni otak, indera, fakta dan in-formasi tentang serta
seputar fakta. Metode aqliyah mewajibkan informasi itu harus bersumber dari
yang pasti (قَاطِعًا جَازِمًا) dan kepastian dapat dibuktikan oleh
aqal. Sumber informasi seperti itu hanya ada dua kelompok yakni : (a) realitas
atau hakikat atau sifat fakta itu sendiri yang terindera dan (b) sumber
informasi wahyu (دَلِيْلاً نَقْلِيًّا) yang bersifat قَاطِعًا جَازِمًا seperti Al-Quran
dan hadist mutawatir.
Baca buku karya Wisnu Sasongko lainnya, tajuk:
ReplyDelete1. Yakjuj & Makjuj dalam Inskripsi Yahudi (2010)
2. Alexander adalah Zulqarnain (2011)
3. Socrates adalah Luqman Hakim berkulit Hitam (2013)
ni buku ada referensinya ..
Deleteteori yang dicopi paste di artikel ini sudah benar, tapi Dul-Lim tidak mampu menggunakan teori itu untuk membedah buku Armagedon itu, hingga terlahir kesimpulan yang salah kaprah.
ReplyDeletesaya coba baca buku armadgon itu di google books, buku itu didahului oleh kronologi berdasarkan hadith dan juga Quran, maka jika sdr Dul Lim menanggap buku itu berisi sampah bahkan tempat sampah besar berarti anda menganggap hadith dan Quran dlm buku itu juga sampah?
jangan sok intelek, ini menunjukkan anda kurang ilmiah dalam menulis.
maaf om saya hanya pempublikasi bukan penulis asli.. jadi artikel ini asli bukan hasil copas .belum ada di site lain ..
Deletesdr Adi Saputra, sebaiknya anda baca sendiri buku itu, dan jangan cope paste artikel yang anda sendiri tdk memahaminya.
ReplyDeleteInilah kesalahan yang sering dilakukan para bloger, kurang peka terhadap tulisan yang digunakan.
ini bukan copy paste makanya .artikel ini saya lindungi .. iniasli. tapi bukan saya penulisnya. saya hanya pempublikasi
Deletesayang kandungan isi menjadi tidak sesuai dengan arti namanya "Al Amanah" (yang dapat dipercaya)
ReplyDeleteGanti aja tuh nama Bloggernya bung
ReplyDeleteemangnya kenapa ?
Deletemaaf om ini bukan hasil copas iniditulis sendiri oleh ahlinya. saya cuman sebagai pempublikasi bukan sebagai penulis asli ..
ReplyDelete