Peristiwa Saqiifah Bani Saa’idah
Mengapa para sahabat menggelar pertemuan di Saqiifah Bani
Saa’idah? Mengapa mereka mengharuskan ada yang menggantikan kedudukan Nabi
Muhammad saw sebagai Kepala Negara? Apakah menurut mereka pemberlakuan syariah
Islamiyah adalah tidak mungkin dilakukan bila tidak ada Kepala Negara?
Bersamaan dengan wafatnya Rasulullah saw, maka terjadi pula dua
hal lain yakni : (1) berakhir-nya periode turunnya wahyu untuk selamanya dan
(2) risalah Islam telah sempurna. Artinya, syariah Islamiyah yang ada di
hadapan umat Islam saat itu adalah sama persis dengan syariah Islamiyah yang
ada di tengah umat Islam saat ini. Syariah ibadah, akhlaq, muamalat dan uqubat
saat ditinggalkan oleh Rasulullah saw adalah sama dengan yang ada sekarang.
Lalu, apa yang dapat dipahamkan dari pe-ristiwa Saqiifah Bani Saa’idah?
Sebenarnya, para sahabat Nabi Muhammad saw dapat saja bahkan
sangat mungkin untuk melan-jutkan pemberlakuan syariah Islamiyah tanpa harus
bersusah payah mencari pengganti kedudukan Ra-sulullah saw sebagai Kepala
Negara. Dapat dipastikan bahwa seluruh aspek yang ada dalam ketentuan Islam
telah mereka pahami dengan sempurna, tepat dan benar. Namun bersamaan dengan
realitas kua-lifikasi tersebut, ternyata justru mereka at all cost
menempatkan tindakan pencarian pemimpin peng-ganti Rasulullah saw (Khalifah)
sebagai prioritas utama.
Hal itu berarti bahwa menurut mereka
pemberlakuan syariah Islamiyah itu tidak dapat atau tidak
boleh bahkan haram dilakukan oleh umat Islam bila tidak
ada Khalifah yang memimpin dan mengurus mereka. Mereka menunjukkan sebuah
pentas yang begitu indah dan unik, yakni sesederhana urusan jenazah sekali pun
ternyata tidak mereka lakukan karena saat itu tidak ada pemimpin (Khalifah) yang
menaungi kehidupan mereka. Tentu saja fakta tersebut mempertelakan bahwa
apalagi untuk perkara-perkara yang jauh lebih rumit-kompleks-besar daripada
mengurus jenazah, akan lebih menuntut lagi eksistensi Khalifah dalam
pemberlakuannya. Inilah yang tergambar sangat jelas dalam ucapan Abu Ba-kar
ketika menghadapi kenyataan bahwa Nabi Muhammad saw telah wafat :
اِنَّ مُحَمَّدًا قَدْ مَاتَ وَلاَ
بُدَّ لِهَذَا الدِّيْنِ مَنْ يَقُوْمُ بِهِ
Bahwa Muhammad telah wafat dan agama ini (Islam) haruslah
ada yang menegakkannya (member-lakukannya).
Bagian ucapan وَلاَ
بُدَّ لِهَذَا الدِّيْنِ مَنْ يَقُوْمُ بِهِ memastikan bahwa اَلدِّيْنُ itu (Islam) tidak mungkin dapat berlaku sebagai sistema atau
ideologi kehidupan bila tidak ada seseorang yang memberlakukannya sama persis
dengan Nabi Muhammad saw. Ibnu Jarir Ath-Thabariy menyampaikan kisah sebagai
berikut :
قَالَ عَمْرُوْ بْنُ
حَرِيْثٍ لِسَعِيْدِ بْنِ زَيْدٍ أَشَهِدْتَ وَفَاةَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَمَتَى بُوْيِعَ اَبُوْ بَكْرٍ؟ قَالَ
يَوْمَ مَاتَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, كَرِهُوْا اَنْ
يَبْقُوْا بَعْضَ يَوْمٍ وَلَيْسُوْا فِيْ جَمَاعَةٍ (رواه الطبري في التاريخ)
Amru
bin Harits bertanya kepada Sa’iid bin Zaid : ‘apakah engkau menyaksikan
wafatnya Rasulullah saw?’ Dia (Sa’iid) menjawab : ya, tentu saja. Dia (Amru) bertanya lagi :
‘lalu kapan Abu Bakar di-bai’at?’ Dia (Sa’iid) menjawab : pada hari kematian
Rasulullah saw, sebab mereka sangat membenci tetap hidup walau dalam setengah
hari namun mereka tidak dalam kehidupan jamaah
Pernyataan كَرِهُوْا
اَنْ يَبْقُوْا بَعْضَ يَوْمٍ وَلَيْسُوْا فِيْ جَمَاعَةٍ memastikan bahwa perjalanan hidup umat
Islam saat itu wajib selalu berada dalam جَمَاعَةٍ yakni Khilafah Islamiyah. Mereka selalu
menghindari (كَرِهُوْا)
hidup tanpa Khalifah dan Khilafah walau hanya setengah hari, mengapa demikian?
Sekali lagi jawabannya adalah karena eksistensi Islam itu berlaku atau tidak
sepenuhnya bergantung kepada eksistensi Khila-fah tersebut. Sebagai contoh :
syariah Islamiyah tentang mengurus jenazah sekali pun yang hukumnya wajib, akan
mereka tunda pelaksanaannya ketika realitas kehidupan mereka tidak jelas yakni
belum ada pemimpin yang mengurus mereka.
Realitas itulah yang semakin ditegaskan lagi
oleh Umar bin Khaththab ketika dia menjadi Khali-fah kedua menggantikan Abu
Bakar :
يَا مَعْشَرَ
الْعُرَيْبِ الْأَرْضَ الْأَرْضَ إِنَّهُ لَا إِسْلَامَ إِلَّا بِجَمَاعَةٍ وَلَا
جَمَاعَةَ إِلَّا بِإِمَارَةٍ وَلَا إِمَارَةَ إِلَّا بِطَاعَةٍ فَمَنْ سَوَّدَهُ
قَوْمُهُ عَلَى الْفِقْهِ كَانَ حَيَاةً لَهُ وَلَهُمْ وَمَنْ سَوَّدَهُ قَوْمُهُ
عَلَى غَيْرِ فِقْهٍ كَانَ هَلَاكًا لَهُ وَلَهُمْ (رواه الدارمي)
Wahai
masyarakat Arab, tanah itu akan tetaplah tanah, namun sungguh Islam itu tidak
ada kecuali dalam bentuk jamaah dan jamaah itu tidak ada kecuali dengan adanya
imarah dan imarah itu tidak ada kecuali dengan wujudnya ketaatan. Siapa saja
yang dijadikan pemimpin oleh kaumnya berdasar-kan pemahaman maka orang itu
adalah kehidupan bagi dirinya dan bagi mereka dan siapa saja yang dijadikan
pemimpin oleh kaumnya bukan berdasarkan pemahaman maka orang itu adalah
kehancuran bagi dirinya dan bagi mereka
Pernyataan Khalifah Umar
tersebut menunjukkan bahwa :
1.
adanya hubungan yang pasti antara Islam, Jamaah
dan Imarah yakni ketiganya harus eksis secara bersamaan
2.
eksistensi Jamaah
dan Imarah adalah untuk pemberlakuan Islam
Keseluruhan
realitas Ijma Sahabat maupun Sunnah Khulafa Rasyidun tersebut tentu saja
merupakan perwujudan dari tuntutan kewajiban yang ditetapkan dalam pernyataan
Rasulullah saw :
كَانَتْ
بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمْ الْأَنْبِيَاءُ كُلَّمَا هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ
نَبِيٌّ وَإِنَّهُ لَا نَبِيَّ بَعْدِي وَسَيَكُونُ خُلَفَاءُ فَيَكْثُرُونَ
قَالُوا فَمَا تَأْمُرُنَا قَالَ فُوا بِبَيْعَةِ الْأَوَّلِ فَالْأَوَّلِ
أَعْطُوهُمْ حَقَّهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ سَائِلُهُمْ عَمَّا اسْتَرْعَاهُمْ (رواه
البخاري)
yang
menunjukkan :
1.
makna سَاسَ – يَسُوْسُ - سِيَاسَةً dalam لِسَانُ
الْعَرَبِ adalah رَعَى شُؤُوْنَهُ yakni dengan
memberlakukan aturan berupa perintah dan larangan :
سَاسَ رَعِيَّةً اَيْ هُوَ رَعَى
شُؤُوْنَ الرَّعِيَّةِ وَهُوَ اَمَرَهَا وَنَهَاهَا
Artinya urusan/kepentingan (اَلشُّؤُوْنُ) Bani Israil itu
selama ini yang mengurus dan memenuhinya adalah selalu para Nabi secara
bergantian (كُلَّمَا
هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ)
2.
karena وَإِنَّهُ لَا نَبِيَّ بَعْدِي
وَسَيَكُونُ خُلَفَاءُ فَيَكْثُرُونَ, maka yang akan mengurus dan memenuhi
kepentingan kaum muslim sepeninggal Nabi Muhammad saw adalah para Khalifah.
3.
Nabi Muhammad saw
diwajibkan oleh Allah SWT untuk mengurus dan memenuhi kepentingan umat Islam
sepanjang beliau saw berada di tengah-tengah mereka dengan memberlakukan Islam
yang telah diturunkan kepada beliau :
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ
بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا
عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ
عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ (المائدة : 48)
Kewajiban tersebut juga berlaku bagi umat Islam sesuai kaidah ushul yang
menyatakan :
خِطَابٌ
لِلرَّسُوْلِ خِطَابٌ ِلأُمَّتِهِ مَالَمْ يَرِدْ دَلِيْلُ التَّخْصِيْصِ
Oleh karena itu, umat Islam wajib selalu mempertahankan
kehidupan mereka di bawah naungan Khalifah dalam wadah Khilafah Islamiyah
supaya mereka dapat memberlakukan syariah Islamiyah (مَا أَنْزَلَ اللَّهُ) yang mereka wakilkan secara praktis
(نِيَابَةً فِعْلِيَّةً) kepada Khalifah.
Wal hasil, pemberlakuan syariah Islamiyah itu wajib dilakukan
dalam bentuk institusional (كِيَانِيًّا) yakni diselenggarakan oleh Khalifah sebagai
Kepala Negara Khilafah Islamiyah dan bukan dilakukan oleh individu muslim orang
per orang secara sporadis liar tak terkendali. Khalifah dibai’at oleh umat
Islam untuk mewakili mereka dalam memberlakukan syariah Islamiyah terhadap
seluruh umat manusia tanpa membedakan ragam bangsa, etnis, bahasa maupun agama.
Inilah pemahaman yang tetap diperta-hankan serta diimplementasikan oleh umat
Islam sejak masa Nabi Muhammad saw (abad ke-6 M), hingga diruntuhkannya
Khilafah Islamiyah Utsmaniyah di Istambul oleh Kerajaan Inggris pada tanggal 3
Maret 1924 M.
Khatimah
Rasulullah saw menyatakan :
الْإِحْسَانُ
أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ
يَرَاكَ (رواه البخاري)
yang
menujukkan bahwa sikap الْإِحْسَانُ itu tidak lain
sikap ketaatan kepada Allah SWT (مَوْقِفُ
طَاعَةِ اللهِ) yang diawali dengan adanya kesadaran hubungan dengan Allah SWT
(اِدْرَاكُ الإِنْسَانِ صِلَتَهُ بِاللهِ تَعَالَى), yakni
perbuatan tersebut dilakukan semata karena Allah SWT memerintahkannya.
Dengan demikian pemberlakuan syariah Islamiyah yang merupakan
wujud riil dari ketaatan ke-pada Allah SWT adalah benar-benar bentuk realisasi
makna الْإِحْسَانُ
yang dimaksudkan oleh pernyataan Rasulullah saw tersebut. Allah SWT menyatakan
:
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي
مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ
سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (الأنعام : 153)
SAAT SAAT KRUSIAL UMAT ISLAM
حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ مُحَمَّدٍ
أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ قَالَ أَخْبَرَنِي مَعْمَرٌ وَيُونُسُ عَنْ
الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبُو سَلَمَةَ أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهَا زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخْبَرَتْهُ
قَالَتْ أَقْبَلَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَلَى فَرَسِهِ مِنْ
مَسْكَنِهِ بِالسُّنْحِ حَتَّى نَزَلَ فَدَخَلَ الْمَسْجِدَ فَلَمْ يُكَلِّمْ
النَّاسَ حَتَّى دَخَلَ عَلَى عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا فَتَيَمَّمَ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ مُسَجًّى بِبُرْدِ حِبَرَةٍ
فَكَشَفَ عَنْ وَجْهِهِ ثُمَّ أَكَبَّ عَلَيْهِ فَقَبَّلَهُ ثُمَّ بَكَى فَقَالَ
بِأَبِي أَنْتَ يَا نَبِيَّ اللَّهِ لَا يَجْمَعُ اللَّهُ عَلَيْكَ مَوْتَتَيْنِ
أَمَّا الْمَوْتَةُ الَّتِي كُتِبَتْ عَلَيْكَ فَقَدْ مُتَّهَا قَالَ
أَبُو سَلَمَةَ فَأَخْبَرَنِي ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ
أَبَا بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ خَرَجَ وَعُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
يُكَلِّمُ النَّاسَ فَقَالَ اجْلِسْ فَأَبَى فَقَالَ اجْلِسْ فَأَبَى فَتَشَهَّدَ
أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَمَالَ إِلَيْهِ النَّاسُ وَتَرَكُوا عُمَرَ
فَقَالَ أَمَّا بَعْدُ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ يَعْبُدُ مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِنَّ مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ
مَاتَ وَمَنْ كَانَ يَعْبُدُ اللَّهَ فَإِنَّ اللَّهَ
حَيٌّ لَا يَمُوتُ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ
خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ إِلَى الشَّاكِرِينَ وَاللَّهِ لَكَأَنَّ النَّاسَ
لَمْ يَكُونُوا يَعْلَمُونَ أَنَّ اللَّهَ أَنْزَلَهَا حَتَّى تَلَاهَا أَبُو
بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَتَلَقَّاهَا مِنْهُ النَّاسُ فَمَا يُسْمَعُ
بَشَرٌ إِلَّا يَتْلُوهَا (رواه البخاري)
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْن بُكَيْرٍ
حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ عُقَيْلٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبُو
سَلَمَةَ أَنَّ عَائِشَةَ أَخْبَرَتْهُ أَنَّ أَبَا بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
أَقْبَلَ عَلَى فَرَسٍ مِنْ مَسْكَنِهِ بِالسُّنْحِ حَتَّى نَزَلَ فَدَخَلَ
الْمَسْجِدَ فَلَمْ يُكَلِّمْ النَّاسَ حَتَّى دَخَلَ عَلَى عَائِشَةَ فَتَيَمَّمَ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ مُغَشًّى بِثَوْبِ
حِبَرَةٍ فَكَشَفَ عَنْ وَجْهِهِ ثُمَّ أَكَبَّ عَلَيْهِ فَقَبَّلَهُ وَبَكَى
ثُمَّ قَالَ بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي وَاللَّهِ لَا يَجْمَعُ اللَّهُ عَلَيْكَ
مَوْتَتَيْنِ أَمَّا الْمَوْتَةُ الَّتِي كُتِبَتْ عَلَيْكَ فَقَدْ مُتَّهَا قَالَ
الزُّهْرِيُّ وَحَدَّثَنِي أَبُو سَلَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ
أَنَّ أَبَا بَكْرٍ خَرَجَ وَعُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ يُكَلِّمُ النَّاسَ فَقَالَ
اجْلِسْ يَا عُمَرُ فَأَبَى عُمَرُ أَنْ يَجْلِسَ فَأَقْبَلَ النَّاسُ إِلَيْهِ
وَتَرَكُوا عُمَرَ فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ أَمَّا بَعْدُ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ
يَعْبُدُ مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِنَّ مُحَمَّدًا قَدْ
مَاتَ وَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ يَعْبُدُ اللَّهَ فَإِنَّ اللَّهَ حَيٌّ لَا يَمُوتُ
قَالَ اللَّهُ وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ
الرُّسُلُ إِلَى قَوْلِهِ الشَّاكِرِينَ وَقَالَ وَاللَّهِ لَكَأَنَّ النَّاسَ
لَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ هَذِهِ الْآيَةَ حَتَّى تَلَاهَا أَبُو
بَكْرٍ فَتَلَقَّاهَا مِنْهُ النَّاسُ كُلُّهُمْ فَمَا أَسْمَعُ بَشَرًا مِنْ
النَّاسِ إِلَّا يَتْلُوهَا فَأَخْبَرَنِي سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ أَنَّ عُمَرَ
قَالَ وَاللَّهِ مَا هُوَ إِلَّا أَنْ سَمِعْتُ أَبَا بَكْرٍ تَلَاهَا فَعَقِرْتُ
حَتَّى مَا تُقِلُّنِي رِجْلَايَ وَحَتَّى أَهْوَيْتُ إِلَى الْأَرْضِ حِينَ
سَمِعْتُهُ تَلَاهَا عَلِمْتُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَدْ مَاتَ (رواه البخاري)
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ
عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ بِلَالٍ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ
قَالَ أَخْبَرَنِي عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهَا زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَاتَ وَأَبُو بَكْرٍ بِالسُّنْحِ
قَالَ إِسْمَاعِيلُ يَعْنِي بِالْعَالِيَةِ فَقَامَ عُمَرُ يَقُولُ وَاللَّهِ مَا
مَاتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ وَقَالَ عُمَرُ
وَاللَّهِ مَا كَانَ يَقَعُ فِي نَفْسِي إِلَّا ذَاكَ وَلَيَبْعَثَنَّهُ اللَّهُ
فَلَيَقْطَعَنَّ أَيْدِيَ رِجَالٍ وَأَرْجُلَهُمْ فَجَاءَ أَبُو بَكْرٍ فَكَشَفَ
عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَبَّلَهُ قَالَ
بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي طِبْتَ حَيًّا وَمَيِّتًا وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا
يُذِيقُكَ اللَّهُ الْمَوْتَتَيْنِ أَبَدًا ثُمَّ خَرَجَ فَقَالَ أَيُّهَا
الْحَالِفُ عَلَى رِسْلِكَ فَلَمَّا تَكَلَّمَ أَبُو بَكْرٍ جَلَسَ عُمَرُ
فَحَمِدَ اللَّهَ أَبُو بَكْرٍ وَأَثْنَى عَلَيْهِ وَقَالَ أَلَا مَنْ كَانَ
يَعْبُدُ مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِنَّ مُحَمَّدًا قَدْ
مَاتَ وَمَنْ كَانَ يَعْبُدُ اللَّهَ فَإِنَّ اللَّهَ حَيٌّ لَا يَمُوتُ وَقَالَ
إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ وَقَالَ وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ
قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ
عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ
شَيْئًا وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ قَالَ فَنَشَجَ النَّاسُ يَبْكُونَ
قَالَ وَاجْتَمَعَتْ الْأَنْصَارُ إِلَى سَعْدِ بْنِ عُبَادَةَ فِي سَقِيفَةِ
بَنِي سَاعِدَةَ فَقَالُوا مِنَّا أَمِيرٌ وَمِنْكُمْ أَمِيرٌ فَذَهَبَ إِلَيْهِمْ
أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ وَأَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ
فَذَهَبَ عُمَرُ يَتَكَلَّمُ فَأَسْكَتَهُ أَبُو بَكْرٍ وَكَانَ عُمَرُ يَقُولُ
وَاللَّهِ مَا أَرَدْتُ بِذَلِكَ إِلَّا أَنِّي قَدْ هَيَّأْتُ كَلَامًا قَدْ
أَعْجَبَنِي خَشِيتُ أَنْ لَا يَبْلُغَهُ أَبُو بَكْرٍ ثُمَّ تَكَلَّمَ أَبُو
بَكْرٍ فَتَكَلَّمَ أَبْلَغَ النَّاسِ فَقَالَ فِي كَلَامِهِ نَحْنُ الْأُمَرَاءُ
وَأَنْتُمْ الْوُزَرَاءُ فَقَالَ حُبَابُ بْنُ الْمُنْذِرِ لَا وَاللَّهِ لَا
نَفْعَلُ مِنَّا أَمِيرٌ وَمِنْكُمْ أَمِيرٌ فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ لَا وَلَكِنَّا
الْأُمَرَاءُ وَأَنْتُمْ الْوُزَرَاءُ هُمْ أَوْسَطُ الْعَرَبِ دَارًا
وَأَعْرَبُهُمْ أَحْسَابًا فَبَايِعُوا عُمَرَ أَوْ أَبَا عُبَيْدَةَ بْنَ
الْجَرَّاحِ فَقَالَ عُمَرُ بَلْ نُبَايِعُكَ أَنْتَ فَأَنْتَ سَيِّدُنَا
وَخَيْرُنَا وَأَحَبُّنَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَأَخَذَ عُمَرُ بِيَدِهِ فَبَايَعَهُ وَبَايَعَهُ النَّاسُ فَقَالَ
قَائِلٌ قَتَلْتُمْ سَعْدَ بْنَ عُبَادَةَ فَقَالَ عُمَرُ قَتَلَهُ اللَّهُ
وَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَالِمٍ عَنْ الزُّبَيْدِيِّ قَالَ عَبْدُ
الرَّحْمَنِ بْنُ الْقَاسِمِ أَخْبَرَنِي الْقَاسِمُ أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ شَخَصَ بَصَرُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
ثُمَّ قَالَ فِي الرَّفِيقِ الْأَعْلَى ثَلَاثًا وَقَصَّ الْحَدِيثَ قَالَتْ فَمَا
كَانَتْ مِنْ خُطْبَتِهِمَا مِنْ خُطْبَةٍ إِلَّا نَفَعَ اللَّهُ بِهَا لَقَدْ
خَوَّفَ عُمَرُ النَّاسَ وَإِنَّ فِيهِمْ لَنِفَاقًا فَرَدَّهُمْ اللَّهُ بِذَلِكَ
ثُمَّ لَقَدْ بَصَّرَ أَبُو بَكْرٍ النَّاسَ الْهُدَى وَعَرَّفَهُمْ الْحَقَّ
الَّذِي عَلَيْهِمْ وَخَرَجُوا بِهِ يَتْلُونَ وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ
قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ إِلَى الشَّاكِرِينَ (رواه البخاري)
No comments:
Post a Comment