Umat Islam : masih digenggam oleh manusia-manusia dungu!
Koran Republika edisi Jumat 12 Desember 2008 pada
halaman 12 memuat iklan spektakuler ten-tang Dzikir Nasional dengan
tema besar : Do’a dan Dzikirku untuk Bangsaku yang akan
menampil-kan sejumlah selebritis religius : Ust. Muhammad Arifin
Ilham (Pimpinan Majelis Dzikir Az-Zikra), DR. H. Hidayat Nur Wahid, M.A (Ketua
MPR RI), H. A. Riawan Amin, MSc. (President Director PT. Bank Muamalat Indonesia,
Tbk), Habiburrahman El Shirazy (Novelis) dan DR. H. Adhyaksa Dault, SH. MSi
(Menteri Negara Pemuda dan Olahraga). Acara tersebut akan dilaksanakan pada
hari Rabu tanggal 31 Desember 2008 mulai pukul 18.00 hingga 24.00 di Masjid
Agung At-Tin TMII Jakarta Ti-mur.
Lalu, pada halaman 20 masih di koran yang sama, juga
ditayangkan promosi yang tidak kalah bombastisnya dari PPPA Daarul Qur’an
Yayasan Daarul Qur’an Nusantara : Diskusi dengan Ustadz Yusuf Mansur tentang
Problem Solving mengenai masalah-masalah kehidupan hutang, jodoh, anak
keturunan, pekerjaan, gaji kurang, karir, rumah tangga dan lain-lain. Temukan
cara-cara yang seder-hana, namun amazing di dalam mengundang pertolongan dan
kebesaran Allah … “Kalau Allah sudah berkata Kun, Fayakun. Jadi, maka jadilah
…”.
Kemudian, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH.
Amidhan menyatakan bahwa MUI belum tentu mengeluarkan fatwa tentang haramnya
golput (golongan putih). Hal itu ditegaskan kepada sejum-lah wartawan saat
menanggapi desakan Ketua MPR DR. Hidayat Nur Wahid kepada MUI untuk
me-ngeluarkan fatwa haram berkaitan dengan semakin banyak kalangan yang
menyerukan bersikap golput pada pemilu tahun 2009 mendatang.
Selanjutnya, pada
kesempatan Khutbah Jum’at tanggal 12 Desember 2008 di Masjid Muhamma-diyah Lio
Garut, Pimpinan Pondok Pesantren Darul Arqam Daerah Garut (Mamak Muhammad Zain)
menyatakan dengan penuh percaya diri : para ekonom memprediksikan bahwa
dampak buruk krisis ekonomi global yang berpusat di Amerika Serikat (AS)
terhadap perekonomian Indonesia akan terjadi pada pertengahan tahun 2009.
Bagaimana cara umat Islam menghadapi kemungkinan tersebut? Perta-ma,
mudah-mudahan saja perkiraan atau dugaan para ekonom itu tidak akan terjadi
yakni meleset. Kedua, Allah SWT telah mengajarkan dalam Al-Quran do’a yang
sangat tepat untuk didawamkan saat ini terutama dalam shalat lima waktu. Do’a
tersebut adalah :
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ
أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى
الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ
وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا
عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ (البقرة : 286)
Sementara itu,
Indonesian Research and Development Indonesia (IRDI) menyatakan : hasil
sur-vei politik nasional ketiga yang dilakukan pada 8-13 Oktober 2008
menunjukkan bahwa tokoh muda yang dianggap pantas maju sebagai calon presiden
adalah pertama Hidayat Nur Wahid, kedua Andi Mallarangeng, ketiga Soetrisno
Bachir, keempat Anas Urbaningrum, kelima Adhyaksa Dault, keenam Rizal
Mallarangeng, ketujuh Hatta Radjasa dan kedelapan Tifatul Sembiring.
Demikianlah, di penghujung perjalanan tahun 2008 M
ini, umat Islam khususnya di Indonesia un-tuk kesekian kalinya digiring paksa
oleh sejumlah tokoh tersebut agar bersama-sama mempertahankan dan menjaga
keberlangsungan eksistensi bangsa Indonesia, Negara Kesatuan Republik Indonesia
serta pemberlakuan demokrasi sebagai sistema pemerintahan NKRI maupun
kapitalisme yang menjadi sis-tem perekonomiannya. Mereka (selebritis
religius yang tampil dalam Dzikir Nasional) dengan sangat
lantang menyatakan keberpihakan dan pembelaannya kepada bangsa
maupun NKRI : Do’a dan Dzi-kirku untuk Bangsaku. Sikap yang sama
juga diperlihatkan oleh Ketua MPR yang secara khusus “me-mesan” fatwa kepada
MUI untuk mengharamkan aksi golput. Mengapa keberadaan golput begitu mem-buat gelisah
Ketua MPR? Hal itu karena :
1.
bagi Ketua MPR golput merupakan ancaman serius untuk
keberlangsungan pemberlakuan demo-krasi di NKRI bahkan di dunia.
2.
seiring dengan semakin meningkat popularitas dirinya
dalam ajang perpolitikan NKRI yang secara otomatis semakin memberikan kans yang
makin besar untuk menjadi presiden atau paling rendah wakil presiden, lalu bila
hal itu riil terjadi pada dirinya namun diwarnai oleh tingkat golput yang
sangat besar (misal di atas 40 persen pemilih) maka tentu saja kadar legitimasi
dirinya baik sebagai presiden maupun wakil presiden tersebut dipastikan akan
sangat diragukan atau dipertanyakan.
3.
walau dia (juga yang lain) sangat tahu bahwa barisan
orang yang ada dalam golongan putih itu adalah manusia-manusia yang sangat
mungkin (bahkan dapat dipastikan) lebih demokratis daripada dirinya, sehingga
sebenarnya mereka itu sama sekali tidak bertentangan atau berseberangan posisi
dengan dirinya, namun demikian tetap saja realitas itu menjadi ancaman
mematikan sebab sekali lagi semuanya telah dan tengah “berlomba” dalam arena
firman Tuhan mereka yang terbaru yakni Machiavelli : lawan tidak ada yang
abadi, kawan tidak ada yang abadi dan yang abadi adalah ke-pentingan.
Artinya, walau golongan “berwarna” dengan golput adalah sama-sama sepakat untuk
memberlakukan demokrasi (secara riil keduanya adalah berkawan), namun karena
kepentingan ke-duanya berbeda, maka mereka akan berpihak kepada sekaligus
membela kepentingannya tersebut masing-masing. Jadi, Machiavelli dan
Machiavellisme telah berhasil sempurna membentuk kader-kader Machiavellis yang
sangat loyal walau tidak jarang nampak seperti bermusuhan dan bersebe-rangan
dalam realitas pengamanan maupun pencapaian kepentingannya masing-masing.
Adapun propaganda Yusuf Mansur dan kelompoknya Yayasan
Daarul Qur’an Nusantara yang mengklaim mampu : (a) merumuskan problem
solving mengenai persoalan kehidupan seperti hutang, jodoh, anak keturunan,
pekerjaan, gaji kurang, karir, rumah tangga dan lain-lain serta (b) mengkreasi
cara-cara sederhana namun amazing dalam mengundang pertolongan dan
kebesaran Allah dengan dalil “Kalau Allah sudah berkata Kun, Fayakun.
Jadi, maka jadilah …”, maka secara langsung maupun ti-dak dia berikut
komunitasnya telah sepakat dengan lainnya untuk sama-sama berpihak kepada demo-krasi
dan kapitalisme sekaligus mempertahankan keberlangsungan pemberlakuannya di
dunia. Rincian penjelasannya sebagai berikut :
1.
saat dia menyatakan mampu memberikan penyelesaian
terhadap masalah hutang, jodoh, anak ketu-runan, pekerjaan, gaji kurang, karir,
rumah tangga dan lain-lain, maka dapat dipastikan dia telah membuat kondisi
kacau balau dan kisruh. Hal itu karena dia mencoba menghadirkan solusi dari
syariah Islamiyah untuk problematika yang disebabkan atau dimunculkan oleh
ideologi kapitalis-me. Artinya dia secara tidak langsung berusaha untuk
menutupi semua kelemahan kapitalisme serta memperbaiki berbagai keadaan
(hutang, jodoh, anak keturunan, pekerjaan, gaji kurang, karir, ru-mah tangga
dan lainnya) akibat kesalahan kapitalisme. Aksi atau sikap seperti ini pada
akhirnya tu-rut memperkokoh dan melanggengkan pemberlakuan sistema kufur
tersebut.
2. pernyataan
: temukan cara-cara yang sederhana, namun amazing di dalam mengundang
pertolong-an dan kebesaran Allah, adalah gagasan yang semakin memperlihatkan
kekisruhan pemikiran Yu-suf Mansur. Hal itu karena dari penggunaan istilah
“mengundang” saja telah nampak jelas bahwa dia sama sekali tidak memiliki
pemahaman apa pun tentang pertolongan Allah (نَصْرُ اللهِ)
dan apalagi kebesaran Allah SWT (عَظِيْمُ اللهِ).
نَصْرُ اللهِ
adalah janji Allah yang pasti akan diberikan umat Islam yang telah terlebih
dahulu memenu-hi dengan sempurna kewajiban yang dituntut untuk direalisir oleh نَصْرُ
اللهِ itu sendiri. Inilah yang ditunjukkan oleh sejumlah dalil antara
lain :
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ
الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى
لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا
يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ
الْفَاسِقُونَ (النور: 55)
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِنْ
تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ (محمد : 7)
Kedua
dalil tersebut memastikan bahwa نَصْرُ اللهِ yang dapat berupa :
(a) اِسْتِخْلاَفُ
الْمُسْلِمِيْنَ فِيْ الأَرْضِ, (b) تَمْكِيْنُ دِيْنِهِمْ,
(c) تَبْدِيْلُ
الْخَوْفِ بِالأَمْنِ dan (d) تَثْبِيْتُ اَقْدَامِ
الْمُسْلِمِيْنَ, seluruhnya pasti akan diberikan oleh
Allah SWT jika kaum muslim telah terlebih dahulu melakukan kewajiban yang
dituntut oleh نَصْرُ اللهِ itu sendiri yakni ءَامَنُوا
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ yang riilnya berupa وَيَنْصُرُوْنَهُ يَعْبُدُونَ اللهَ وَلَا يُشْرِكُونَ بِهِ
شَيْئًا. Bila yang dituntut oleh نَصْرُ
اللهِ itu telah dilakukan dengan sempurna maka berlakulah قَدَرُ
اللهِ atas mereka yakni janji Allah (وَعْدُ
اللَّهِ) yang pasti akan dipenuhi sebab إِنَّ اللَّهَ
لَا يُخْلِفُ الْمِيعَادَ (آل عمران : 9). Seba-liknya, bila kewajiban yang dituntut
oleh نَصْرُ اللهِ tersebut tidak atau belum dilakukan dengan
sem-purna maka dapat dipastikan perkara yang Allah janjikan pun tidak akan
pernah diberikan.
Jadi, نَصْرُ
اللهِ tidak diundang untuk datang sebab bukan perkara
yang berposisi untuk diundang me-lainkan اَلْقَرِيْنَةُ yang menunjukkan bahwa perkara-perkara
yang dituntut untuk dilaksanakan oleh ka-um muslim yakni ءَامَنُوا
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ adalah wajib dilakukan. Tegasnya, mereka wajib
melakukan وَيَنْصُرُوْنَهُ يَعْبُدُونَ
اللهَ dan haram
يُشْرِكُونَ بِهِ.
عَظِيْمُ
اللهِ adalah bagian dari sifat Allah yang berarti bagian dari ذَاتُ
اللهِ dan ini ditunjukkan oleh dalil : وَلَهُ
الْكِبْرِيَاءُ فِي السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ (الجاثية : 37). Islam telah mengharamkan manusia
melakukan pembahas-an terhadap ذَاتُ
اللهِ وَصِفَاتُهُ, karena aqal mereka tidak mungkin dapat melangsungkan proses
berpikir (اَلتَّفْكِيْرُ) terhadap keduanya sebab informasi tentang
حَقِيْقَةُ
ذَاتِ اللهِ وَصِفَاتِهِ adalah sama sekali tidak di-berikan oleh Allah SWT baik dalam
Al-Quran maupun As-Sunnah. Sehingga bila aqal mereka di-paksa untuk memikirkan
hal tersebut maka selain telah melanggar yang diharamkan oleh Islam me-lainkan
juga kesalahan hasilnya sudah dapat dipastikan dan itu sama
sekali bukan proses berpikir tetapi sekedar berimajinasi (اَلتَّخَيُّلاَتُ). Oleh karena itu, bagaimana bisa
Yusuf Mansur dan komuni-tasnya melakukan perbuatan yang dipastikan salah baik
oleh dalil aqliy maupun dalil naqliy? Lebih mengerikan lagi mereka melakukan
semuanya atas nama Islam dan mengklaim diri sebagai dapat memberikan solusi
bagi orang lain. Tidak syak lagi, realitas mereka inilah yang dibidik oleh
per-nyataan Rasulullah saw :
إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْزِعُ الْعِلْمَ بَعْدَ
أَنْ أَعْطَاكُمُوهُ انْتِزَاعًا وَلَكِنْ يَنْتَزِعُهُ مِنْهُمْ مَعَ قَبْضِ
الْعُلَمَاءِ بِعِلْمِهِمْ فَيَبْقَى نَاسٌ جُهَّالٌ يُسْتَفْتَوْنَ فَيُفْتُونَ
بِرَأْيِهِمْ فَيُضِلُّونَ وَيَضِلُّونَ (رواه البخاري)
Lalu, pernyataan temukan
cara-cara yang sederhana, namun amazing …, sangat menunjukkan bah-wa Yusuf
Mansur tengah terus berusaha menjadikan Islam itu supaya tidak rumit, tidak
sulit serta tidak perlu proses berpikir yang mendalam dan jernih (اَلتَّفْكِيْرُ
الْمُسْتَنِيْرُ). Mereka secara berkesinam-bungan
mempropagandakan bahwa Islam itu sederhana, menyenangkan, indah dan amazing
(luar biasa membuat bahagia). Nampaknya “proyek itu” mereka implementasikan
bukan hanya karena dorongan atau desakan dari luar (masyarakat), melainkan yang
utama adalah adanya tuntutan pe-ngalaman empiris dari perjalanan kehidupan
mereka sendiri yang selama ini “sangat merasa” Islam itu rumit, sulit, tidak
menyenangkan serta memerlukan proses berpikir yang mendalam, sehingga sangat
menyulitkan mereka. Sikap mereka ini tentu saja selain memastikan bahwa yang
bersangku-tan adalah manusia-manusia yang tidak mampu berpikir walau sekedar
berpikir dangkal sekali pun (وَلَوْ اَلتَّفْكِيْرُ السُّطْحِيُّ),
melainkan juga telah menolak realitas sejati diturunkannya Al-Quran (bahkan
Islam) oleh Allah SWT kepada manusia yakni supaya manusia dapat menjaga,
memelihara dan mempertahankan eksistensi maupun fungsi aqal mereka. Allah SWT
menyatakan :
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ
قُرْءَانًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ (يوسف : 2)
Mereka tengah “mengolah”
Islam instantly layaknya mie instant, bubur instant, telur instant, teh
instant, nasi instant dan instant-instant yang lainnya termasuk negara instant,
Islam instant, UU ins-tant, ustadz instant dan seterusnya. Apakah
mereka lebih mengetahui maksud diturunkannya Islam ke dunia daripada Allah SWT?
Allah menyatakan : قُلْ ءَأَنْتُمْ أَعْلَمُ أَمِ اللَّهُ (البقرة
: 140).
3.
gagasan yang menghubungkan realitas perjalanan hidup
manusia di dunia dengan informasi wahyu berkenaan dengan pernyataan Allah SWT :
كُنْ
فَيَكُونُ (yang mereka alih bahasakan dengan ungkap-an “Kalau Allah
sudah berkata Kun, Fayakun. Jadi, maka jadilah …”) adalah sebentuk “bualan”
yang sangat menyesatkan sebab pernyataan Allah SWT tersebut berkenaan dengan اَلْخَلْقُ
(pencipta-an) dan bukan dengan penetapan syariah bagi kehidupan manusia di
dunia (اَلتَّشْرِيْعُ).
Hal itu ditun-jukkan صَرَاحَةً oleh Al-Quran (دَلِيْلٌ
قَطْعِيٌّ) dalam sejumlah ayat :
بَدِيعُ السَّمَوَاتِ
وَالْأَرْضِ وَإِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
(البقرة : 117)
قَالَتْ رَبِّ أَنَّى يَكُونُ لِي وَلَدٌ
وَلَمْ يَمْسَسْنِي بَشَرٌ قَالَ كَذَلِكِ اللَّهُ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ إِذَا
قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ (آل عمران : 47)
إِنَّ مَثَلَ عِيسَى عِنْدَ اللَّهِ كَمَثَلِ
ءَادَمَ خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ (آل عمران : 59)
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ
وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ وَيَوْمَ يَقُولُ كُنْ فَيَكُونُ قَوْلُهُ الْحَقُّ وَلَهُ
الْمُلْكُ يَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ وَهُوَ
الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ (الأنعام : 73)
إِنَّمَا قَوْلُنَا لِشَيْءٍ إِذَا أَرَدْنَاهُ
أَنْ نَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ (النحل : 40)
مَا كَانَ لِلَّهِ أَنْ يَتَّخِذَ مِنْ وَلَدٍ
سُبْحَانَهُ إِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ (مريم :
35)
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ
يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ (يس : 82)
هُوَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ فَإِذَا قَضَى
أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ (غافر : 68)
Bualan mereka semakin nyaring dan kencang saat menjadikan
pernyataan Allah كُنْ فَيَكُونُ tersebut sebagai dalil bahwa sesulit apa
pun persoalan atau permasalahan manusia di dunia akan pasti dapat diselesaikan
(mereka klaim sebagai Problem Solving) bila Allah SWT telah
berkata : كُنْ
فَيَكُونُ. Me-reka lupa (karena tidak pernah memikirnya) bahwa yang
mereka anggap sebagai permasalahan ke-hidupan manusia saat ini (mereka
contohkan hutang, jodoh, anak keturunan, pekerjaan, gaji kurang, karir, rumah
tangga dan lain-lain) seluruhnya muncul atau terjadi adalah akibat
dari pemberlakuan sistema kufur (demokrasi dan kapitalisme berbasis
sekularisme) dalam realitas kehidupan dunia ter-masuk di Dunia Islam. Jadi,
ketika mereka “berhasil” merumuskan Problem Solving bagi persoalan
tersebut lalu ternyata rumusan itu “berhasil” guna dan berdaya guna dan mereka
klaim inilah hasil dari كُنْ فَيَكُونُ Allah SWT, maka itu
berarti sulit untuk dihindari dan disangkal munculnya kesim-pulan
bahwa Allah SWT benar-benar telah mendukung dan meridlai kekufuran.
Benar, kesim-pulan ini sangat salah (عَقْلِيًا وَنَقْلِيًا)
namun tidak bisa dihindari dan ditolak untuk muncul bila gaga-sannya seperti
yang tengah dan selalu akan diusung serta dipropagandakan oleh Yusuf Mansur dan
kelompoknya. Mereka telah menolak dengan sadar dan terencana pernyataan Allah
SWT :
إِنْ تَكْفُرُوا
فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ وَلَا يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ وَإِنْ
تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ (الزمر : 7)
Adapun gagasan Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes)
Darul Arqam Daerah Garut yakni untuk menghadapi dampak buruk krisis ekonomi
global dengan : (a) berharap semoga hal itu tidak terjadi di Indonesia dan (b)
berdo’a kepada Allah SWT untuk dihindarkan dari pengaruh buruk tersebut melalui
do’a dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 286, maka ide ini pun tidak kalah menyesatkan
dan kis-ruhnya. Hal itu karena, persis seperti Yusuf Mansur, Mamak
Muhammad Zain pun nampak sekali ti-dak memahami apa pun tentang realitas krisis
ekonomi global saat ini (اَلْهَزَاتُ الإِقْتِصَادِيَّةُ الدَّوْلِيَّةُ
الْجَارِيَةُ). Padahal (ini yang sangat mengherankan) andai dia menggunakan
pendengaran maupun penglihatannya untuk mengindera hakikat krisis ekonomi dunia
tersebut, lalu hasilnya digunakan sebagai informasi faktual untuk digunakan
dalam proses berpikir berkenaan dengan krisis itu, maka dapat dipastikan
keputusan aqalnya (حُكْمُ عَقْلِهِ عَلَى تِلْكَ الْهَزَاتِ)
tidak akan seperti itu. Namun sangat disayangkan proses itu sama sekali tidak
dia lakukan malahan (ini sangat mengerikan) yang sangat kuat terkesan dari body
language maupun mimik wajahnya sepanjang dia khutbah Jum’at tersebut adalah
penampakkan bahwa dia sangat paham atau paling paham terhadap realitas
krisis ekonomi global yang tengah berlangsung. Akibatnya adalah dia sangat
percaya diri dalam membuat rumusan solusi untuk menghadapi imbas dari krisis
ekonomi tersebut, bahkan dia klaim rumusan itu adalah berdasarkan perintah
Allah SWT dalam Al-Quran.
Sekali lagi, andai dia menggunakan inderanya dengan
serius maka hanya dari pernyataan Presi-den Perancis Nicolas Sarkozy pun yaitu perlunya
perombakan sistem Bretton Woods yakni sistem ke-uangan dunia yang telah
berlangsung sejak akhir Perang Dunia II yang melahirkan dua lembaga ke-uangan
internasional : IMF (International
Monetery Funds) dan WB
(World Bank), dapat
dipastikan Mamak Muhammad Zain tidak akan pernah menyodorkan gagasan : (a)
berharap semoga hal itu tidak terjadi di Indonesia dan (b) berdo’a kepada Allah
SWT untuk dihindarkan dari pengaruh buruk tersebut melalui do’a dalam Al-Quran
surat Al-Baqarah ayat 286. Hal itu karena berharap krisis ekonomi global yang
bermula dari negara Amerika Serikat (AS) itu tidak menyebar dampak buruk
terhadap perekono-mian Indonesia, adalah harapan kosong belaka serta telah
tertolak oleh kenyataan dari mekanisme sis-tem perekonomian kapitalisik itu
sendiri. Mengapa demikian?
Adalah kenyataan semua negara yang ada di dunia saat
ini termasuk AS dan NKRI menyelengga-rakan perekonomiannya dengan memberlakukan
sistem kapitalisme. Lebih dari itu, realitas perekono-mian dunia pun tidak
hanya sama-sama memberlakukan sistema tersebut, tetapi juga berada dalam
se-buah jaringan kerjasama (net working) secara moneter dan fiskal.
Sebagai contoh :
1.
adanya kesepakatan pemberlakuan keterkaitan kurs
seluruh mata uang (banknote) negara-negara di dunia dan memposisikan
mata uang tersebut sebagai komoditas yang diperjualbelikan (pasar uang dan
investasi modal dalam bentuk uang serta aset-aset bernotasi nominal).
Singkatnya, istilah valu-ta asing (valas) bagi suatu negara adalah semua mata
uang negara lain yang diperdagangkan di pa-sar valas baik itu lokal, regional
maupun internasional. Misalnya, ketika nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar
AS di pasar lokal (yang ada di Jakarta) akhir-akhir ini (sejak September 2008
hingga kini akhir Desember 2008) mengalami volatility yang sangat tinggi
dan terus mengalami penurunan (hingga pernah menyentuh level Rp 13000 per dolar
AS), maka selama itu pula Bank Indonesia (BI) menggunakan cadangan devisanya
(saat itu masih 59-an miliar dolar) setiap hari untuk mela-kukan intervensi ke
pasar valas yakni memborong rupiah dengan dolar, minimal satu juta dolar per
hari (saat ini cadangan devisa di BI tinggal 50-an miliar dolar saja). Hal ini
atau mekanisme ini ber-laku di seluruh negara di dunia termasuk negara-negara
maju anggota G-7 : AS, Kanada, Jepang, Inggris, Perancis, Jerman, Italia atau
saat bersama-sama Rusia (G-8).
2.
adanya konvensi dunia untuk menggunakan dolar AS dalam
transaksi perdagangan internasional. Misalnya, ketika Indonesia akan membeli
minyak mentah (CO) maupun BBM dari pasar interna-sional di Singapura maka
Indonesia harus terlebih dahulu membeli dolar AS dengan rupiah agar da-pat
melakukan pembelian (impor) tersebut. Mekanisme ini pun berlaku untuk semua
negara dan un-tuk semua komoditas yang telah berposisi sebagai komoditas
internasional (CPO, karet, kopi, lada, cacao, beras, emas, perak, baja, besi,
timah dan sebagainya). Inilah mengapa cadangan devisa (do-lar AS) di bank
central suatu negara (misal BI) dikategorikan memadai atau kurang tergantung
ke-pada fakta cukup atau tidak membiayai kebutuhan
impor negara yang bersangkutan minimal tiga bulan ke depan. Bila cadangan
devisa tersebut tidak mencukupi maka negara tersebut wajib
menja-dikannya kembali pada tingkat mencukupi dengan mengajukan
pinjaman kepada IMF.
3.
realitas saling mempengaruhi antara tingkat inflasi
dengan tingkat suku bunga acuan (the funds rate) terhadap tingkat
investasi asing terutama di sektor modal (bursa saham) dan keuangan (pasar
uang). Misalnya, pada hari Selasa tanggal 16 Desember 2008 The Federal
Reserve (The Fed) me-mutuskan memangkas tingkat suku bunga acuannya
(The Fed Funds Rate) secara ekstrim yakni se-besar 0,75 persen dari
asalnya satu (1) persen menjadi tinggal antara 0 sampai 0,25 persen. Meng-apa
kebijakan radikal ini dilakukan, bukankah itu akan menjadikan terjadinya capital
outflow dari AS ke negara-negara yang masih memberikan yield tinggi
(emerging market, seperti Indonesia)? Memang dalam keadaan normal mekanisme
tersebut pasti akan terjadi, namun dalam kondisi krisis seperti saat ini justru
kebijakan tersebut sangat menguntungkan AS, sebab akan memberikan ting-kat
kepercayaan dan kenyamanan kepada para investor asing untuk semakin betah
menginvestasi-kan dananya dalam dolar AS atau di bursa modal AS (Dow Jones
maupun Nasdaq). Sebaliknya, walau perbedaan tingkat suku bunga acuan (yield)
antara The Fed Funds Rate dengan BI Rate se-makin lebar
yakni 8,75 persen – 0,25 persen = 8,50 persen yang dalam kondisi normal akan
sangat menarik investor hengkang dari AS dengan membawa dananya ke Indonesia,
ternyata tidak terjadi demikian. Hal itu karena tingkat kepercayaan para
investor asing kepada Indonesia tidak secara otomatis terdongkrak oleh semakin
lebarnya jarak perbedaan yield tersebut, terlebih secara riil ting-kat BI
Rate sebesar 8,75 persen ternyata telah berada dalam negative spread
bila dibandingkan de-ngan laju inflasi yang mencapai 11 persen. Artinya, walau
bunga yang diperoleh seorang investor saat menginvestasikan dananya dalam
rupiah adalah 8,75 persen namun perolehan sebesar itu akan berkurang nilainya
per satuan waktu (jam, hari, minggu, bulan, tahun) sebanyak 11 – 8,75 persen
yakni 2,25 persen. Keadaan ini tentu saja akan sangat dihindari oleh para investor
mana pun dalam percaturan ekonomi kapitalistik.
4. dan
sebagainya dari berbagai instrumen perekonomian kapitalistik baik itu sektor
moneter maupun fiskal.
Wal hasil, dampak buruk
krisis finansial global yang bermula dari AS itu pasti akan mengimbas pere-konomian
Indonesia dan itu telah dimulai sejak tiga bulan yang lalu yakni September 2008
dan seiring dengan perjalanan waktu akan semakin dahsyat dengan puncaknya
diperkirakan akan terjadi pada per-tengahan tahun 2009. Hal ini adalah
mustahil akan dapat dihindari!
Oleh karena itu, betapa
bodoh dan kisruhnya sang pimpinan Ponpes Darul Arqam tersebut sebab
telah dengan sangat salah merumuskan solusi bagi krisis ekonomi
global yang masih tengah berlang-sung hingga kini. Sikapnya yang bodoh dan
kisruh itu semakin tampak vulgar saat dia dengan sembro-no mengajukan solusi
kedua berupa berdo’a kepada Allah SWT melalui do’a :
رَبَّنَا لَا
تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا
إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا
تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا
وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
(البقرة : 286)
Bahkan dia menekankan bahwa
maksud dari bagian do’a رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ
لَنَا بِهِ adalah sangat cocok dan pas dengan ancaman dampak buruk krisis
ekonomi global tersebut, sehingga sangat tepat untuk di-ucapkan saat berdo’a
kepada Allah SWT saat ini. Benarkah anggapan dia itu?
Bagian do’a رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا
إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا adalah telah diqabulkan oleh Allah SWT
sesuai dengan pernyataan Rasulullah saw dalam hadits :
إِنَّ اللهَ وَضَعَ
عَنْ أُمَّتِيْ اَلْخَطَأَ وَالنِّسْيَانَ وَمَا اسْتُكْرِهُوْا عَلَيْهِ (رواه
الطبراني وابن حبان وابن ماجه)
إِنَّ اللهَ تَجَاوَزَ
ِلأُمَّتِيْ عَنْ ثَلاَتٍ عَنَ الْخَطَإِ وَالنِّسْيَانِ وَالإِسْتِكْرَاهِ (رواه
ابن ابي حاتم)
Bagian
do’a وَلَا
تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا, secara bahasa lafadz إِصْرًا
bermakna :
وَاْلإِصْرُ فِيْ
اللُّغَةِ اَلْعَهْدُ; وَمِنْهُ قَوْلُهُ تَعَالَى: وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكُمْ
إِصْرِيْ (آل عمران: 81) وَاْلإِصْرُ: اَلضَّيِّقُ وَالذَّنْبُ وَالثَّقْلُ.
“اْلإِصْرُ
secara bahasa adalah perjanjian (اَلْعَهْدُ)
seperti dalam pernyataan Allah SWT : “dan kalian (Ba-ni Israil) telah
mengambil perjanjian dengan Ku dalam keadaan kalian tersebut”. اْلإِصْرُ
juga bermakna sempit, dosa, beban berat”.
Menurut tafsir Jalalain
realitas إِصْرًا
adalah أَمْرًا
يُثَقِّلُ عَلَيْنَا حَمْلُهُ : perkara yang sangat memberatkan kami
untuk memikulnya. Imam Ibnu Katsir memaknai إِصْرًا
sebagai اَلْأَعْمَالُ
الشَّاقَّةُ : perbuatan-perbuatan yang sangat berat, sedangkan Imam
Qurthubi memaknainya sebagai اَلْإِصْرُ اَلْأَمْرُ اْلغَلِيْظُ الصَّعْبُ
اَيْ شِدَّةُ الْعَمَلِ : perkara yang sangat menyulitkan atau
seberat-beratnya perbuatan. Lalu, makna (bahasa maupun rea-litasnya) إِصْرًا
tersebut sama dengan bagian do’a وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ
لَنَا بِهِ yakni مِنَ التَّكْلِيْفِ وَالْمَصَائِبِ
وَالْبَلاَءِ : berupa
berbagai beban dan musibah dan cobaan atau اَلْعَمَلَ مَا لاَ
نَطِيْقُ فَتُعَذِّبُنَا وَ مَا تَشَقَّ عَلَيْنَا : perbuatan yang
tidak akan mampu kami lakukan lalu Engkau (Allah) mengadzab kami dan perbuatan
yang sa-ngat menyulitkan kami.
Dengan demikian,
sebenarnya semua bagian do’a dalam ayat tersebut telah diqabulkan oleh Allah
SWT dengan ditetapkannya syariah Islamiyah yang dijamin sejak awal oleh Allah
SWT sangat sesuai dengan kadar kemampuan manusia itu sendiri (وُسْعُ
النَّاسِ). Allah SWT menyatakan :
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ
نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ (286)
yang
menunjukkan (دَلاَلَةً) bahwa ketentuan Allah SWT yang akan
memberikan اَلثَّوَابُ kepada yang me-lakukan taklif tersebut (لَهَا
مَا كَسَبَتْ) dan akan menjatuhkan اَلْعِقَابُ
kepada yang melanggar atau mening-galkan taklif tersebut (وَعَلَيْهَا
مَا اكْتَسَبَتْ) merupakan qarinah yang semakin memastikan
bahwa semua be-ban hukum (اَلتَّكَالِيْفُ) yang telah
ditetapkan oleh Allah SWT dalam Islam adalah benar-benar sesuai de-ngan وُسْعُ
النَّاسِ, tidak melebihi maupun melampaui batas kemampuannya tersebut.
Inilah yang dijamin oleh Allah SWT melalui pernyataan Dia sendiri juga
pernyataan Rasulullah saw :
وَجَاهِدُوا فِي
اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ
مِنْ حَرَجٍ مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ
قَبْلُ وَفِي هَذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا
شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَءَاتُوا الزَّكَاةَ
وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ هُوَ مَوْلَاكُمْ فَنِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ
النَّصِيرُ (الحج : 78)
إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ وَلَنْ يُشَادَّ
الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا
وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَيْءٍ مِنْ الدُّلْجَةِ (رواه
البخاري)
Jadi, dari realitas yang
dimaksudkan oleh keseluruhan do’a dalam ayat terakhir surat Al-Baqarah
terse-but memastikan (مَنْطُوْقًا وَمَفْهُوْمًا)
bahwa gagasan Mamak Muhammad Zain adalah menyalahi seluruh da-lil
yang ada dalam sumber Islam berkenaan dengan realitas semua pemikiran yang
terkandung dalam do’a itu sendiri. Oleh karena itu, dia telah sesat dan salah
fatal sehingga umat Islam haram mengambil apalagi mengikuti
gagasan konyolnya tersebut.
Lebih dari itu, sekali lagi semua persoalan, krisis
(ekonomi, politik, kemanusiaan), kerusakan di dunia, kehancuran dan kebinasaan
kemanusiaan maupun lainnya yang telah dan tengah terjadi seluruh-nya adalah
akibat pasti dari diterapkannya sistema kufur demokrasi (pemerintahan) dan
kapitalisme (perekonomian). Sehingga bila kemudian digagas untuk berdo’a dengan
do’a yang ada dalam ayat ter-akhir surat Al-Baqarah tersebut untuk menghentikan
krisis eknomoni global saat ini sekaligus untuk su-paya perekonomian Indonesia
terhindar dari dampak buruknya, lalu Allah SWT mengabulkan tujuan yang
diinginkan dengan atau melalui berdo’a tersebut, maka aqal (دَلِيْلٌ
عَقْلِيٌ) pasti akan memutuskan bahwa Allah SWT : (a) mendukung maksud
manusia untuk memperbaiki berbagai kelemahan, kekura-ngan maupun kebobrokan
sistem kufur (demokrasi dan kapitalisme) atau (b) meridlai kekufuran de-ngan
bukti ketika manusia berdo’a supaya kekufuran tersebut menjadi lebih baik dan
lebih sempurna ternyata Allah SWT mengabulkannya atau (c) berada di pihak kaum
kufar yang selama ini tidak pernah bosan dan lelah dalam upaya mereka untuk
menghancurkan Islam maupun umat Islam dengan bukti Allah SWT justru mendukung
manusia dalam mengokohkan pemberlakuan kekufuran atau (d) telah mengingkari
ketetapan Dia sendiri yang ketika akan mematikan Rasulullah saw telah
memastikan Is-lam sebagai sudah disempurnakan dan Allah ridla kepada kaum muslim
saat itu menjadikan Islam se-bagai asas kehidupan mereka di dunia. Inilah
sejumlah pemikiran yang tidak dapat dihindari akan men-jadi keputusan aqal (حُكْمُ
الْعَقْلِ) bila gagasan sang pimpinan Ponpes Darul Arqam daerah Garut
tersebut diambil, diikuti dan diterapkan oleh siapa pun.
Tentu saja, semua keputusan aqal tersebut (a, b, c,
d) adalah salah fatal karena sama sekali tidak sesuai dengan kenyataannya yakni
justru Allah SWT berada dalam keadaan sebaliknya dari semua
keputusan aqal tersebut. Wal hasil, selain gagasan Mamak tersebut adalah
benar-benar sekedar khayal-an dan bualan super konyol tetapi juga telah mengeluarkan
yang bersangkutan dari Islam alias telah murtad dari Islam secara sadar dan
terencana.
Singkat kata, hingga saat ini umat Islam masih dalam
kondisi tragis dan mengenaskan yakni tetap berada dalam genggaman dan naungan
manusia-manusia dungu (اَلإِنْسَانُ الْبَحْلُوْلُ).
Mereka itu adalah Ust. Muhammad Arifin Ilham (Pimpinan Majelis Dzikir
Az-Zikra), DR. H. Hidayat Nur Wahid, M.A (Ke-tua MPR RI), H. A. Riawan Amin,
MSc. (President Director PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk), Ha-biburrahman El
Shirazy (Novelis), DR. H. Adhyaksa Dault, SH. MSi (Menteri Negara Pemuda dan
Olahraga), Ust. Yusuf Mansur (pimpinan PPPA Daarul Qur’an Yayasan Daarul Qur’an
Nusantara), KH. Mamak Muhammad Zain (Pimpinan Pondok Pesantren Darul Arqam
Daerah Garut) maupun lain-nya yang serupa dan sejenis dengan mereka.
Khatimah
Kaum kufar beserta sistema kufur yang selalu mereka
usung memang telah berhasil mengkader sebagian sangat besar umat Islam untuk
menjadi antek-antek setia loyalis mereka. Mereka telah dan se-lalu akan
menggunakan harta maupun berbagai cara untuk tetap mempertahankan keberhasilan
itu bah-kan dapat dipastikan akan semakin meningkatkannya.
Adalah krisis finansial global yang kemudian
menjelma menjadi krisis ekonomi dunia bahkan telah hampir sampai pada resesi
internasional telah dijadikan wasilah oleh kaum kufar untuk semakin membuat
penginderaan kaum muslim tetap berada dalam wilayah kelabu (grey zone)
yang diseliputi sisi-sisi hitam (dark side). Akibatnya adalah kesadaran
hakiki (اَلإِدْرَاكُ
الْحَقِيْقِيُّ) umat Islam tentang Islam dan tentang
kekufuran sama sekali tidak akan pernah terwujud dalam diri mereka. Inilah
realitas yang untuk kesekian kalinya kembali dipertunjukkan oleh اَلإِنْسَانُ
الْبَحْلُوْلُ tersebut.
Oleh karena itu, tidak
ada pilihan lain bagi umat Islam supaya mereka dapat terlepas bebas dari
belenggu kekufuran dan kaum kufar adalah kembali kepada Islam saja dan
meluruskan penginderaan hanya kepada Islam dan tidak menoleh ke kiri maupun ke
kanan.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ
ءَامَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ
الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ (البقرة : 208)
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ
أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ (المائدة : 50)
No comments:
Post a Comment