Kekufuran dan kebinasaan kemanusiaan
Pemutusan hubungan kerja
(PHK) di seluruh dunia dalam periode September 2008 hingga Febru-ari 2009 telah
mencapai angka 239950 orang. Rinciannya adalah :
PERUSAHAAN
|
SEKTOR
|
ANGKA PHK
|
BULAN
|
Commercexbank AG
|
Keuangan
|
9000
|
September 2008
|
GMAC LLC
|
Pembiayaan
|
5000
|
September 2008
|
Renault
|
Otomotif
|
6000
|
September 2008
|
Stora enso
|
Kertas
|
3150
|
September 2008
|
HP
|
IT
|
24600
|
September 2008
|
Alitalia
|
Penerbangan
|
3000
|
September 2008
|
Federal Mogul
|
Peralatan kendaraan
|
4000
|
September 2008
|
Telecom Italia
|
Telekomunikasi
|
5000
|
September 2008
|
Akzo Nobel
|
Manufaktur
|
3500
|
September 2008
|
Volvo
|
Otomotif
|
3900
|
Oktober 2008
|
Barclays
|
Keuangan
|
3000
|
Oktober 2008
|
National City
|
Keuangan
|
4000
|
Oktober 2008
|
Goldman Sachs
|
Keuangan
|
3800
|
Oktober 2008
|
Xerox Corporation
|
Teknologi
|
3000
|
Oktober 2008
|
Chrysler
|
Otomotif
|
5000
|
Oktober 2008
|
Whirlpool
|
Alat rumah tangga
|
5000
|
Oktober 2008
|
YRC Worldwide
|
Otomotif
|
3750
|
Oktober 2008
|
Motorolla
|
Telekomunikasi
|
3000
|
Oktober 2008
|
American Express
|
Keuangan
|
7000
|
Oktober 2008
|
ChTPZ Group
|
Pipa baja
|
4900
|
November 2008
|
DHL Express
|
Transportasi
|
9500
|
November 2008
|
British Telecom
|
Telekomunikasi
|
10000
|
November 2008
|
Citigroup
|
Keuangan
|
52000
|
November 2008
|
Hitachi
|
Elektronik
|
7000
|
Januari 2009
|
Sony
|
Elektronik
|
16000
|
Januari 2009
|
NEC
|
Telekomunikasi
|
20000
|
Januari 2009
|
FORD
|
Otomotif
|
850
|
Februari 2009
|
Panasonic
|
Elektronik
|
15000
|
Februari 2009
|
Tentu saja
seiring dengan berjalannya waktu pada tahun 2009 ini, angka PHK tersebut akan
terus ber-tambah karena resesi ekonomi global terutama yang tengah melanda
negara-negara G-8 masih belum akan berhenti hingga 2 bahkan 3 tahun ke depan.
Hal ini telah diprediksikan oleh IMF seperti yang di-nyatakan oleh Olivier
Blanchard (Kepala Ekonom IMF) di Washington (Rabu, 28 Januari 2009, forum World
Economic Outlook) : pertumbuhan ekonomi global diprediksi anjlok ke
level terendah sejak Perang Dunia Kedua (PD II). Ekonomi dunia pada tahun 2009
nyaris tidak bergerak yakni hanya akan tumbuh 0,5 persen. Pasar keuangan pada
tahun ini mengalami tekanan berat dan ekonomi global me-nukik tajam. Upaya
berbagai pemerintahan dan bank sentral untuk memberikan stimulus dan paket
ekonomi belum mampu menahan tekanan ekonomi. Kerjasama global diperlukan guna
membangun ke-bijakan baru. Pada tahun 2009, ekonomi AS diprediksi tumbuh 1,6
persen sedangkan ekonomi negara berkembang tumbuh 3,25 persen atau turun tajam
dari 6,25 persen pada tahun 2008. Penyebab utama lesunya perekonomian itu
karena anjloknya permintaan barang-barang, rendahnya harga komoditas dunia dan
ketatnya pendanaan. Sehingga diperlukan dukungan likuiditas, rekapitalisasi dan
penjamin-an atas simpanan. Perekonomian dunia akan menggeliat pada 2010 dengan
tumbuh menjadi tiga per-sen.
Sementara itu, di
Indonesia hingga saat ini tengah berlangsung sebuah realitas yang seolah tidak
terpengaruh oleh resesi ekonomi dunia tersebut. Betapa tidak, pada kasus
pembiayaan iklan partai poli-tik (parpol) di televisi mulai 1 Oktober 2008
sampai 2 Februari 2009 telah mencapai angka Rp 118,7 miliar dan fakta ini
terungkap dalam forum diskusi Pemilu 2009 dalam Perspektif Media (Kamis,
12 Februari 2009). Hal tersebut diungkapkan oleh Gilang Iskandar (Sekretaris
MNC) saat menyampaikan hasil riset AC Nielsen :
PARTAI POLITIK
|
BIAYA IKLAN (miliar rupiah)
|
PERINGKAT
|
Partai Gerindra
|
46,782
|
1
|
Partai Demokrat
|
36,121
|
2
|
Golkar
|
18,873
|
3
|
PKS
|
4,866
|
4
|
PDIP
|
4,672
|
5
|
PPP
|
3,294
|
6
|
PAN
|
1,529
|
7
|
Hanura
|
1,432
|
8
|
PKB
|
0,269
|
9
|
PBB
|
0,236
|
10
|
PBR
|
0,136
|
11
|
PKPB
|
0,115
|
12
|
PDP
|
0,112
|
13
|
Patriot
|
0,080
|
14
|
Artinya
dana untuk iklan di televisi yang dikeluarkan rata-rata setiap bulan selama
empat bulan masa kampanye untuk pemilu 2009 tersebut sebesar 29,675 miliar
rupiah. Lalu karena masa kampanye masih akan berlangsung dua bulan lagi
(periode Februari hingga Maret), maka total belanja parpol untuk iklan di
televisi tersebut adalah Rp 118,7 + Rp 59,35 = Rp 178,05 miliar. Lalu, bila
diasumsikan total belanja parpol untuk iklan di televisi adalah 30 persen dari
keseluruhan biaya kampanye, itu berarti dana yang harus dialokasikan untuk
selama kampanye tersebut adalah Rp 593,5 miliar alias lebih dari setengah
triliun rupiah. Kemudian bila biaya tersebut ditambah lagi dengan total
anggaran yang dibutuhkan oleh KPU untuk penyelenggaraan pemilu (legislatif dan
pilpres) sebesar 30-an triliun rupiah dan andaikan dana ini dibagikan secara
merata kepada seluruh penduduk Indonesia yang per tanggal 10 Februari 2009
berjumlah 239.240.336 orang, maka setiap orang akan mendapat Rp 127877,68.
Memang uang sejumlah itu adalah kecil namun karena yang menerimanya adalah
seluruh penduduk Indonesia tanpa kecuali termasuk presiden, wakil presiden,
ketua DPR, ketua MPR, para ketua umum parpol dan sete-rusnya hingga para
pemulung sampah di TPA seluruh Indonesia, maka realitas ini adalah luar biasa
be-sarnya. Belum lagi bila ditambah dengan biaya yang dibelanjakan untuk
penyelenggaraan pilkada baik gubernur maupun bupati/wali kota yang sangat besar
sebagai contoh pilkada Jawa Timur saja mengha-biskan dana satu triliun rupiah.
Jadi, biaya yang harus dibelanjakan untuk pemberlakuan demokrasi di Indonesia
adalah sangat mahal dan ini diakui oleh Direktur Eksekutif Nusantara Center
Yudhie Haryo-no yang menyatakan : Indonesia terjebak dalam demokrasi liberal
yang mahal. Salah satu indikator-nya adalah penghamburan uang oleh kandidat
capres untuk iklan.
Presiden NKRI Susilo Bambang Yudhoyono pada Rabu
pagi tanggal 4 Februari 2009 yang lalu telah membuka 2nd Festival Ekonomi Syariah (FES)
dengan tema “Indonesia Bisa Lebih Sejahtera” dan FES sendiri telah berlangsung
dari tanggal 4 Februari hingga 8 Februari 2009. Pihak-pihak yang ikut serta
dalam FES kedua tersebut tidak hanya bank syariah melainkan juga BPR Syariah,
BMT, asu-ransi syariah, perusahaan pembiayaan, badan zakat dan wakaf, konsultan
syariah, lembaga pendidikan yang memiliki jurusan ekonomi syariah, pengusaha
haji dan umrah, pelaku usaha ritel dan UMKM ser-ta masyarakat umum. Acara yang
diselenggarakan dalam FES kedua adalah iB campaign, syariah family
day, olimpiade ekonomi syariah, kompetisi debat ekonomi syariah, kompetisi
foto, band, nasyid, workshop, diskusi dan seminar. Keuangan syariah
diyakini sebagai jalan keluar dari himpitan krisis ekonomi global, seperti yang
dinyatakan oleh Gubernur BI Boediono : “Perbankan syariah layak men-jadi
teladannya”.
Data publikasi BI menunjukkan pangsa pembiayaan
perbankan syariah terhadap perbankan nasio-nal per Oktober 2008 adalah 2,94
persen dari Rp 1297 triliun atau Rp 38,1318 triliun dan pada Novem-ber 2008
telah mengalami peningkatan yakni berada pada angka Rp 38,5 triliun. Menurut
Direktur Uta-ma MC Consulting Wahyu Dwi Agung, prediksi pertumbuhan perbankan
syariah pada tahun 2009 ada-lah 50 persen dengan market share sebesar
3,5 persen. Sementara itu, sebuah studi mencatat bahwa Inggris adalah negara
yang paling banyak memiliki bank bagi umat Islam di antara negara-negara Barat
lainnya. Saat ini di negara tersebut ada lima bank murni syariah dan 17 bank
lainnya seperti Barclays, RBS dan Lloyds Banking Group telah memiliki unit usaha
syariah (office channeling). Aset perbankan syariah Inggris mencapai 18
miliar dolar AS (12 miliar poundsterling) dan nilai ini melebihi aset bank
syariah yang ada di Pakistan, Bangladesh, Turki dan Mesir, serta menduduki
peringkat ke-8 di seluruh dunia. Menurut laporan International Financial
Services London (IFSL) perkembangan Inggris sebagai pusat keuangan Islam
dalam beberapa tahun terakhir sangat didukung oleh pemerintah. Direktur
Eko-nomi IFSL Duncan McKenzie menyatakan : dukungan kebijakan pemerintah
Inggris terhadap keuang-an Islam menempatkan pelayanan syariah seperti layanan
konvensional.
Sistem perekonomian kapitalisme memang menetapkan
asas manfaat sebagai standard dilakukan dan tidaknya
suatu sikap, tindakan, perbuatan, keputusan, kebijakan dan seterusnya. Konsep
tersebut sudah pasti akan diterapkan secara utuh oleh perusahaan
maupun negara yang sama-sama memberla-kukannya. Konsep the
least the cost the highest the profit (biaya serendah mungkin, keuntungan
seting-gi mungkin) akan selalu menjadi acuan bagi semua kebijakan yang akan
diambil apalagi dalam keada-an tengah dilanda krisis ekonomi seperti sekarang.
Kedua konsep tersebut menjadikan interaksi antar manusia dalam perusahaan
maupun negara berlangsung dalam prosedur homo homini lupus (manusia yang
satu adalah serigala bagi yang lainnya). Jadi, entitas kemanusiaan manusia sama
sekali tidak akan pernah dipertimbangkan sedikitpun dalam keadaan apa pun,
sebab sekali saja entitas ini diperhatikan maka secara otomatis akan
meruntuhkan bangunan yang tersusun dari semua konsep asasi dalam kapi-talisme.
Dengan demikian, kapitalisme adalah sebuah ideologi yang sangat mengancam
eksistensi dan keberlangsungan manusia beserta kemanusiaannya, bahkan potensi
membinasakan kemanusiaan yang melekat padanya benar-benar telah menjelma riil
dalam realitas kehidupan dunia saat ini. Perang Dunia I dan II, agresi militer
AS ke Iraq dalam Perang Teluk I dan II, pendudukan tentara NATO di Afghanis-tan
hingga saat ini, agresi militer Israel dalam perang tujuh hari dengan Mesir
tahun 1969 hingga agresi ke Gaza tahun 2008-2009 dan sebagainya dari bentuk
perang militer yang telah, tengah maupun akan dilakukan di masa depan,
seluruhnya adalah berawal dari tuntutan bangunan konsepsi asasi ideologi
ka-pitalisme. Bahkan telah nampak jelas mengapa seluruh
pengendali implementasi perekonomian kapita-listik (menteri keuangan dan
gubernur bank central) di seluruh negara di dunia, membiarkan begitu
sa-ja terjadinya resesi ekonomi global saat ini yang berawal dari
persoalan kecil dan sederhana yakni kre-dit macet perumahan kelas bawah (subprime
mortgage) di AS.
Sistem perekonomian kapitalisme tidak hanya menjadi biang
kerok terjadinya PHK besar-besar-an di seluruh dunia, melainkan yang
paling penting dan mendasar adalah telah menempatkan manusia pada kehidupan
dunia yang sangat tidak layak bagi kemanusiaan itu sendiri. Hal
itu karena, jatidiri manusia yang sangat mulia dengan aqalnya telah dipaksa
oleh kapitalisme untuk menanggalkan realitas kemuliaan tersebut dan berganti
secara otomatis dengan entitas kebinatangan yakni kepentingan naluri manusia
itu sendiri. Inilah yang tergambar dengan sangat jelas dalam sejumlah fakta :
1.
kepentingan (اَلْمَصْلَحَةُ) yang menyebabkan terjadinya interaksi di
antara anggota masyarakat yang ditetapkan oleh kapitalisme adalah kepentingan
naluriah (instinctive alias اَلْمَصْلَحَةُ
الْغَرِيْزِيَّةُ) semata
te-rutama yang didorong oleh naluri mempertahankan eksistensi diri (غَرِيْزِةُ
الْبَقَاءِ) dan naluri
melestari-kan ras (غَرِيْزَةُ النَّوْعِ). Padahal kedua macam naluri tersebut juga ada pada binatang
bahkan penampa-kannya benar-benar sama dengan yang nampak pada binatang
tersebut. Seluruh jenis industri dalam dunia kapitalistik adalah bukti yang
sangat cukup untuk realitas tersebut, baik itu industri berat, ri-ngan,
militer, media massa, termasuk industri seksual baik yang utama maupun
pendukungnya.
2.
hubungan perjanjian kerja antara buruh (pekerja atau اَلأَجِيْرُ) dengan majikan (اَلْمُسْتَأْجِيْرُ) dalam sistem kapitalisme diformat dalam
bentuk hubungan industrial, yakni posisi buruh tersebut disamakan de-ngan
faktor produksi lainnya seperti bahan baku maupun mesin. Akibatnya, ketika
terjadi keadaan yang mengharuskan adanya rasionalisasi biaya produksi
sehubungan ancaman kerugian, maka yang akan dilakukan pertama kalinya adalah
bukan mengganti mesin atau mencari bahan baku yang le-bih murah melainkan
memberlakukan PHK. Inilah yang dapat disaksikan dengan sangat gamblang paling
tidak sejak September 2008 hingga saat ini bahkan mungkin akan terus terjadi
sampai dua atau tiga tahun ke depan.
3.
kapitalisme mengharuskan upaya pemenuhan kebutuhan
manusia orang per orang diserahkan sepe-nuhnya kepada masing-masing individu
yakni dengan menggunakan dana dari upah masing-masing orang (buruh) yang
diterimanya dari perusahaan atau industri atau negara. Tentu saja konsep ini
sa-ma sekali tidak manusiawi, sebab : (a) penetapan besar upah didasarkan
kepada kebutuhan hidup minimum di suatu tempat atau regional dan (b) pada saat
yang bersamaan kapitalisme mengharus-kan terjadinya konglomerasi dalam negara
yakni keadaan penguasaan terhadap kekayaan yang sa-ngat timpang antara para
kapitalis (pemilik modal alias konglomerat) dengan buruh atau manusia pada
umumnya. Realitas ini akan menyebabkan para pengusaha atau pelaku industri
(konglomerat) seiring dengan berjalannya waktu akan semakin menguasai kekayaan
dan secara otomatis akan se-makin mengendalikan kehidupan para buruh maupun
manusia pada umumnya. Inilah yang terung-kap dalam konsep free fight
liberalism atau survival of the fittest atau homo homini lupus,
selu-ruhnya menempatkan para konglomerat layaknya posisi singa (the lion)
di rimba belantara.
4. kapitalisme
mengharamkan negara membantu rakyatnya dalam bentuk subsidi apa pun dan
sebalik-nya mengharuskan negara untuk memaksa rakyat membiayai penyelenggaraan
negara dalam ben-tuk pajak dengan besaran minimal 75 persen dari seluruh
anggaran yang diperlukan.
Keempat realitas yang
menempel pada hakikat kapitalisme dan yang diharuskan oleh kapitalisme tersebut
membuktikan bahwa kehidupan yang berasas kepada atau terwujud dari ideologi
kufur tersebut adalah kehidupan yang hanya pantas bagi binatang atau jika pun
layak bagi manusia maka manusia yang dimaksudkan adalah manusia primitif tidak
beradab. Inilah kehidupan yang benar-benar membi-nasakan kemanusiaan dari waktu
ke waktu dengan sangat sadis dan brutal dan telah Allah SWT peri-ngatkan kepada
manusia agar mereka tidak mengimplementasikan pola kehidupan seperti itu
melalui ayat Al-Quran :
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ
مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى قَالَ رَبِّ لِمَ
حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ ءَايَاتُنَا
فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَى (طه : 124-126)
Keberpihakan umat Islam
kepada kekufuran : harganya sangat mahal!
Pada hari Kamis tanggal 5 Februari 2008 lalu,
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatul-lah Jakarta telah menggelar
seminar dengan tema Peranan Agama dalam Dunia Kontemporer. Ada tiga orang
tokoh yang harus dicermati pemikirannya dalam seminar tersebut yakni :
1.
Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Komaruddin
Hidayat yang menyatakan : peradaban dunia yang paling kokoh dibangun di atas
landasan moralitas agama. Peradaban yang dibangun morali-tas agama terbukti
hingga kini masih terus bertahan. Kita bisa melihat betapa kokohnya peradab-an
yang dibangun Nabi Musa, Isa ataupun Muhammad. Hal itu menandakan bahwa agama
telah memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pembangunan peradaban. Umat
beragama bisa memberdayakan agama untuk membangun sebuah peradaban yang besar.
Kelompok intelektual memiliki tanggung jawab untuk menyadarkan umat agar agama
bisa menjadi sebuah pilar perada-ban. Agama tak cuma bicara soal akhirat,
tetapi mampu menjadi dasar bagi munculnya peradaban besar dalam kehidupan
manusia.
2.
Dubes Republik Islam Iran (RII) untuk Indonesia Behrooz
Kamalvandi menyatakan : semestinya agama tak hanya dipraktikkan terkait
kehidupan akhirat. Tapi agama juga harus menjadi pengge-rak untuk mencapai
kemajuan dalam kehidupan dunia. Tentu dalam berbagai bidang, seperti eko-nomi,
pendidikan, sains, teknologi dan bidang lainnya.
3. mantan
Ketua PP Muhammadiyah Amien Rais menyatakan : agama mampu menjadi panduan
ma-nusia untuk mencapai kehidupan baik dan memberangus kezaliman. Nabi Ibrahim,
Musa, Isa dan Muhammad yang dengan keyakinannya mampu melawan kemapanan dan
kezaliman. Agama mesti-nya mendorong umatnya untuk bergerak, hidup dan tidak
pasif untuk terus melakukan perubahan dan melawan kezaliman. Islam mengajarkan
umatnya untuk mencapai sebuah kehidupan lebih ba-ik, egaliter dan melawan
kezaliman. Jika kezaliman terjadi di hadapan seorang muslim, kemudian ia diam
saja, keislamannya pun diragukan. Sebab, dalam Islam seseorang dituntut untuk
berbuat adil, tak melakukan penindasan dan melawan kezaliman. Dalam Islam ada
tiga kewajiban yang patut ditunaikan seorang muslim. Hal pertama adalah ibadah.
Ini berarti seorang muslim harus te-rus menjalankan ibadah kepada Tuhannya di
mana pun berada. Kedua, umat Islam berkewajiban untuk selalu menegakkan prinsip
berbuat kebaikan dan memerangi kemunkaran. Kewajiban ketiga adalah menghadirkan
sebuah otoritas atau payung yang menjamin umat Islam bisa menjalankan ibadah
dan menegakkan prinsip kebenaran serta memerangi kemunkaran. Tanpa otoritas
itu, ko-munitas muslim tak bisa menjalankan dua kewajiban lainnya.
Komaruddin Hidayat
menyatakan bahwa :
a. peradaban
dunia yang paling kokoh dibangun di atas landasan moralitas agama. Peradaban
yang dibangun moralitas agama terbukti hingga kini masih terus bertahan. Kita
bisa melihat betapa kokohnya peradaban yang dibangun Nabi Musa, Isa ataupun
Muhammad.
Agama
yang dibawa oleh Nabi Musa as adalah Yahudi yang bersumber dari Kitab Taurah,
lalu aga-ma yang dibawa oleh Nabi Isa as adalah Nasrani yang bersumber dari
Kitab Injil dan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw adalah Islam yang
bersumber dari Kitab Al-Quran. Dengan de-mikian bagi Komaruddin Hidayat agama
Yahudi, Nasrani dan Islam harus tetap bertahan atau me-mang masih tetap
bertahan hingga kini, karena ketiganya menjadi landasan peradaban yakni
pera-daban Yahudi, peradaban Nasrani dan peradaban Islam. Benarkah anggapan dia
tersebut?
Secara
aqliy (دَلِيْلٌ
عَقْلِيٌ) semua manusia di
dunia (termasuk Yahudi dan Nasrani) menyaksikan de-ngan pasti bahwa Nabi
Muhammad saw diutus oleh Allah SWT setelah Nabi Musa dan Nabi Isa. Terlepas
dari sikap Yahudi dan Nasrani yang menolak keras eksistensi Nabi Muhammad saw
seba-gai pengganti nabi mereka, yang pasti sikap penolakan mereka itu justru
semakin menjadi bukti inderawi bahwa mereka tidak mungkin menipu diri mereka
sendiri berkenaan dengan eksistensi Nabi Muhammad saw tersebut. Oleh karena
itu, klaim pasti dari Islam sebagai agama paling akhir yang berasal dari Allah
SWT sekaligus menjadi pengganti bahkan penghapus agama Yahudi dan Nasrani,
adalah klaim yang sangat dapat diterima dan dipahami oleh aqal manusia. Hanya
orang-orang yang menjadikan kepentingan naluriahnya (اَهْوَاءُهُمْ) sebagai standard keputusan sikap mereka
yang akan menyatakan : mengapa Allah SWT tidak konsisten dengan menetapkan
Islam sebagai agama yang menggantikan dan menghapuskan agama Yahudi maupun
Nasrani, padahal bukankah agama Yahudi dan Nasrani itu juga berasal dari Allah
SWT sendiri?
Secara
naqliy (دَلِيْلٌ
نَقْلِيٌ), Allah SWT telah
memastikan bahwa Islam adalah syariah bagi manusia yang menggantikan risalah
Yahudi maupun Nasrani :
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ
مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ
فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ
عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا
وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي
مَا ءَاتَاكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا
فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ (المائدة : 48)
Dengan demikian, Komaruddin Hidayat sangat nyata tengah
mengusung ide pluralisme agama-aga-ma sehingga dengan sangat berani dia menyamakan
Yahudi dan Nasrani dengan Islam bahkan dia memastikan bahwa peradaban yang
muncul dari dan dibangun oleh ketiga agama tersebut sama kokohnya dan sama-sama
masih berlaku hingga sekarang. Kesediaan dia untuk membela dan mem-pertahankan
agama Yahudi maupun Nasrani sebagai tetap benar dan berlaku seperti halnya
Islam, dibuktikan olehnya dengan menyeru umat pengikut kedua agama tersebut
(kaum Yahudi dan Nas-rani) untuk selalu memberdayakan agama mereka sedemikian
rupa sehingga mampu membangun sebuah peradaban yang besar. Dia pun
menyodorkan mekanisme teknis untuk keperluan itu yakni dengan menempatkan
kelompok intelektual yang ada di agama Yahudi, Nasrani dan Islam menjadi
penanggungjawab dalam upaya menyadarkan umat masing-masing agar agama bisa
menjadi sebu-ah pilar peradaban.
Luar biasa memang upaya
Komaruddin untuk menepis jauh-jauh anggapan bahwa agama langit itu hanya Islam
yang masih ada serta berlaku bagi kehidupan manusia di dunia. Mengapa itu dia
laku-kan? Tentu saja harus dia lakukan sebab bila anggapan Islam sebagai
satu-satunya agama langit yang masih berlaku apalagi diposisikan sebagai
panghapus agama Yahudi dan Nasrani dibiarkan begitu saja, maka dia harus
berhadapan dengan komunitas internasional pemeluk agama Yahudi dan Nasrani.
Padahal dia mendapati kenyataan komunitas pemeluk kedua agama tersebut justru
menjadi pemegang kendali hegemoni dunia, sedangkan umat Islam berada pada
posisi sebagai ob-jek yang selalu dikendalikan oleh mereka. Dia sangat berharap
jika kaum muslim menghilangkan klaim bahwa Islam sebagai satu-satunya agama
langit yang benar dan masih berlaku dari wacana keagamaan mereka, maka Dunia
Barat (wakil resmi dari komunitas pemeluk agama Yahudi dan Nasrani) akan semakin
bersikap baik kepada Dunia Islam.
Upaya keras maupun
harapan Komaruddin tersebut tentu saja menjadi bukti faktual yang memasti-kan
dia tengah mencari kemuliaan (اَلْعِزَّةُ) di sisi kaum kufar. Dia lupa atau pura-pura lupa bahwa Is-lam
telah mengharamkan tindakan seperti yang dia tengah lakukan tersebut. Allah SWT
menyata-kan :
الَّذِينَ
يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَيَبْتَغُونَ
عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا (النساء : 139)
b. Agama
tak cuma bicara soal akhirat, tetapi mampu menjadi dasar bagi munculnya
peradaban be-sar dalam kehidupan manusia.
Peradaban atau civilization atau اَلْحَضَارَةُ adalah :
مَجْمُوْعُ
الْمَفَاهِيْمِ عَنِ الْحَيَاةِ
“kumpulan
pemahaman tentang kehidupan”
Oleh karena itu, sebuah peradaban sangat ditentukan identitasnya oleh aqidah
atau ideologi atau cara pandang terhadap kehidupan yang menjadi
asasnya. Aqidah Islamiyah beserta ideologi dan cara pandangannya terhadap
kehidupan membentuk Peradaban Islam atau Islamic Civilization atau اَلْحَضَارَةُ الإِسْلاَمِيَّةُ. Demikian juga dengan aqidah
sekularisme (aqidah Dunia Barat) berikut ideologi dan cara pandangannya
terhadap kehidupan akan membentuk Peradaban Barat atau Western Civili-zation
atau اَلْحَضَارَةُ الْغَرْبِيَّةُ. Lalu, adakah
atau mungkinkah akan ada Peradaban Yahudi dan Peradaban Nasrani? Hal yang pasti
dalam realitas kehidupan hingga kini adalah tidak pernah ada
Peradaban Yahudi yang muncul atau digali dari Kitab Taurah dan tidak
pernah ada Peradaban Nasrani atau Kristiani yang muncul atau digali
dari Kitab Injil. Jika pun seolah ada Peradaban Yahudi sehubung-an dengan
eksistensi negara Israel, maka itu pun sama sekali tidak ada bukti otentik
muncul atau di-gali dari Kitab Taurah. Begitu juga dengan Peradaban Nasrani
yang diseolahkan ada sehubungan dengan eksistensi Imperium Romawi di masa lalu
dan Kerajaan Katholik Roma Vatican saat ini, maka sama saja tidak ada bukti
otentik muncul atau digali dari Kitab Injil. Oleh karena itu, fakta empirik
tersebut memastikan bahwa tidak pernah ada dan tidak akan pernah ada
Peradaban Ya-hudi maupun Peradaban Nasrani.
Lagipula, Allah SWT telah menginformasikan kepada Nabi Muhammad saw
tentang sikap hakiki kaum Yahudi dan Nasrani (Bani Israil) terhadap Kitab
Taurah maupun Injil. Allah SWT menyata-kan :
قُلْ يَاأَهْلَ الْكِتَابِ
لَسْتُمْ عَلَى شَيْءٍ حَتَّى تُقِيمُوا التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ وَمَا
أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ وَلَيَزِيدَنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ مَا
أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ طُغْيَانًا وَكُفْرًا فَلَا تَأْسَ عَلَى
الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ (المائدة : 68)
Pernyataan يَاأَهْلَ الْكِتَابِ لَسْتُمْ
عَلَى شَيْءٍ حَتَّى تُقِيمُوا التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ وَمَا أُنْزِلَ
إِلَيْكُمْ memastikan sikap hakiki ahlul kitab (Bani Israil) terhadap
Taurah maupun Injil yakni mereka sama sekali tidak peduli dan tidak mau
memberlakukan seluruh ketentuan Allah SWT yang ada di dalam keduanya dalam
reali-tas kehidupan mereka di dunia. Bahkan jangankan saat ini, sedangkan saat
mereka masih dipimpin oleh Nabi Musa dan lalu Nabi Isa sekali pun, mereka bersikap
yang sama. Allah SWT menggam-barkan sikap mereka itu dalam Al-Quran :
وَإِذْ
قُلْتُمْ يَامُوسَى لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى نَرَى اللَّهَ جَهْرَةً
فَأَخَذَتْكُمُ الصَّاعِقَةُ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ (البقرة : 55)
وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ
وَالْمَسْكَنَةُ وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا
يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ الْحَقِّ
ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ (البقرة : 61)
وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ
مَرْيَمَ يَابَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا
لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ
بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَذَا
سِحْرٌ مُبِينٌ (الصف : 6)
Secara aqliy, bagaimana mungkin akan ada Peradaban Yahudi atau Peradaban
Nasrani sementara komunitas manusia (Bani Israil) yang diberi sumbernya (Taurah
dan Injil) oleh Allah SWT, sama sekali tidak mau memberlakukan semua ketentuan
Allah SWT yang ada pada keduanya dalam are-na kehidupan mereka saat itu maupun
saat ini.
Jadi, saat ini yang pasti ada bahkan mendominasi
kehidupan dunia adalah Peradaban Barat yang berbasis sekularisme (فَصْلُ الدِّيْنِ عَنِ الْحَيَاةِ وَالدَّوْلَةِ) yakni demokrasi
dan kapitalisme. Peradaban ini sa-ma sekali tidak ada kaitannya dengan agama
mana pun baik itu Yahudi, Nasrani apalagi Islam.
Pernyataan Dubes RII
untuk Indonesia Behrooz Kamalvandi memastikan bahwa dia adalah bagi-an dari
orang-orang yang selama ini :
a.
telah terjebak dalam paradigma imajinatif yang
menyatakan bahwa kemajuan dan kebangkitan itu ditandai oleh kemajuan dalam
bidang ekonomi, pendidikan, sains, teknologi dan industri. Keterje-bakan
sebagian sangat besar umat Islam ini akibat keberhasilan Barat dalam
mempropagandakan revolusi industri yang memang membuat terpana dan terpesonanya
pandangan seluruh manusia terutama umat Islam.
b.
telah mensakralkan metode ilmiah bahkan telah
menjadikannya sebagai asas berpikir dalam mene-tapkan keputusan (اَلْحُكْمُ) terhadap segala sesuatu berikut hakikat
maupun sifat-sifatnya.
Sehingga antara dia (juga
Komaruddin Hidayat) dengan orang-orang yang menjadikan agama hanya berhubungan
dengan kehidupan akhirat, adalah sama saja yakni sama-sama tidak
memahami realitas aqal, berpikir dan metode berpikir, termasuk penggunaan
metode berpikir aqliyah untuk memahami realitas Islam yang ada di hadapan
mereka.
Bagian pernyataan Amien Rais : kewajiban ketiga
adalah menghadirkan sebuah otoritas atau payung yang menjamin umat Islam bisa
menjalankan ibadah dan menegakkan prinsip kebenaran serta memerangi kemunkaran.
Tanpa otoritas itu, komunitas muslim tak bisa menjalankan dua kewajiban lainnya,
adalah sangat berharga dan berarti jika yang dia maksudkan dengan sebuah
otoritas atau pa-yung itu adalah Khilafah Islamiyah. Namun, apakah memang
benar Khilafah Islamiyah yang dimak-sudkan oleh mantan Ketua MPR RI tersebut?
Sangat sulit untuk memastikan maksud dari Amien Rais
dengan sebuah otoritas atau payung itu adalah Khilafah Islamiyah, sebab
rekam jejak (track record) sikap maupun sepak terjang dia selama ini
menunjukkan lebih banyak ketidak setujuannya kepada ide atau pemikiran Islam
ideologis termasuk apalagi kepada upaya mengembalikan Khilafah Islamiyah dalam
realitas kehidupan dunia. Sementara itu, pada saat yang bersamaan dia sangat
tidak mempermasalahkan realitas konstelatif demokrasi terha-dap Islam bahkan
sangat setuju tetap terbentuk dan berdirinya negara kebangsaan berbasis
demokrasi di Dunia Islam termasuk di Indonesia. Kesediaan dia menjadi Ketua
MPR, keseriusan dia saat berlaga dalam ajang pilpres 2004 dan kesediaannya
kembali untuk dicalonkan dalam ajang pilpres 2009, selu-ruhnya menjadi bukti
praktis realistis keberpihakannya yang utuh kepada sistema kufur demokrasi.
Oleh karena itu, secara aqliy maksud dari sebuah otoritas atau payung
yang dia ucapkan sehubungan dengan dapat dan tidak dapat
dilaksanakannya dua kewajiban setiap muslim yakni ibadah dan mene-gakkan prinsip
kebenaran serta memerangi kemunkaran, adalah : (a) tidak harus berupa Khilafah
Isla-miyah dan (b) sembarang negara alias negara apa saja asal mampu dan
sanggup memberikan payung (jaminan) kepada umat Islam untuk menjalankan dua
kewajiban mereka tersebut. Oleh karena itu, pernyataan Amien tersebut menjadi tidak
berarti dan tidak berharga sama sekali, bahkan beralih men-jadi sangat
berbahaya karena ucapan tersebut langsung atau tidak merupakan bentuk
lain dari penyesa-tan terhadap pemikiran (اَلتَّضْلِيْلُ
الْفِكْرِيُ) umat Islam.
Wal hasil, mahalnya harga yang harus dibayar oleh
umat Islam akibat keberpihakan mereka kepa-da kekufuran (demokrasi dan
kapitalisme) sangat nyata dan luar biasa. Betapa tidak, dalam arena :
1.
perekonomian, mereka harus membiayai penyelenggaraan
perekonomian di negara masing-masing yang berupa pajak (dengan segala macam
bentuknya, termasuk cukai rokok) dan untuk kasus di In-donesia kaum muslim
wajib menyumbang sebesar minimal 75 persen dari total APBN berjalan. Ini adalah
“harga wajar” dalam kondisi normal : tidak ada krisis ekonomi. Harga
keberpihakan tersebut akan semakin mahal lagi ketika laju perekonomian
mengalami gangguan (kontraksi) seperti yang tengah berlangsung saat ini.
Sebagai contoh paket stimulus ekonomi Barack Obama yang baru saja disetujui
oleh Kongres dan Senat AS sebesar 787 miliar dolar AS, dinilai oleh banyak
pihak teruta-ma para pelaku bisnis baik sektor finansial maupun riil sebagai
tidak akan mampu menyelamatkan perekonomian negara adidaya itu dari resesi paling
buruk sejak PD II. Artinya, dana 787 miliar dolar bahkan telah mencapai angka
triliunan dolar AS jika disatukan dengan yang telah dikeluarkan oleh seluruh
negara di dunia sejak awal krisis finansial awal tahun 2008, sama sekali tidak
akan mampu melepaskan dunia dari cengkeraman resesi paling tidak untuk dua atau
tiga tahun ke depan. Padahal, misalnya dana 1000 miliar dolar AS tersebut
dibagikan secara merata kepada seluruh pen-duduk dunia yang hingga tanggal 10
Februari 2009 berjumlah 6.755.124.372 orang, maka setiap orang (termasuk Obama,
Gordon Brown, Nicolas Sarkozy, SBY, Raja Abdullah dan lainnya) akan mendapatkan
uang tunai (fresh money instantly) sebesar 148,035764396 miliar dolar AS
atau jika dirupiahkan sama dengan Rp 1776.429.172.752.000 alias lebih dari
1776,4 triliun rupiah (hampir dua kali APBN Indonesia tahun 2009). Nampaknya
bila hal itu dilakukan dengan asumsi setiap orang menghabiskan dana (normal)
per tahun sebanyak satu miliar dolar AS, maka baru akan habis setelah lebih
dari 148 tahun (hampir tiga generasi manusia).
2.
pemerintahan demokrasi, dana pencalonan diri untuk
presiden, gubernur, bupati, wali kota, anggota legislatif, dana untuk selama
periode kampanye dan dana penyelenggaraan pemilu lima tahunan maupun pilkada
yang sepanjang tahun selalu ada, adalah harga sangat mahal yang
harus dibayar oleh umat Islam akibat mereka berpihak secara penuh kepada
kekufuran. Pada arena ini pun khusus di Indonesia, umat Islam harus
mengeluarkan dana tidak akan kurang dari 100 triliun rupiah per ta-hun yang
jika dibagikan kepada seluruh penduduk Indonesia (termasuk presiden dan para
pejabat negara lainnya) maka setiap orang akan dapat uang tunai sebesar
417.989,71 rupiah.
3.
ideologi, harga yang harus dibayar adalah amat sangat
mahal sebab tidak bisa diukur dengan materi alias uang melainkan ini adalah
pengorbanan umat Islam terhadap aqidah dan syariah Islamiyah yakni mereka
menukar aturan Allah SWT tersebut dengan kekufuran buatan tangan manusia.
Khatimah
Harga yang harus dibayar
oleh umat Islam di seluruh dunia akibat keberpihakan mereka kepada kekufuran
(demokrasi dan kapitalisme) adalah sangat mahal baik secara materi maupun
imateri yakni aqidah, syariah Islamiyah dan ideologis. Mereka, dari waktu ke
waktu, telah dengan sukarela berkorban segalanya demi semakin kokoh dan
mantapnya pemberlakuan sistema kufur tersebut atas kehidupan mereka di dunia
dan itu telah berlangsung hampir 85 tahun. Mereka sama sekali tidak pernah
menyada-ri bahwa setiap hari telah memastikan kesetiaan loyalitas kepada
kekufuran dan secara otomatis telah memastikan sikap pembangkangan mereka (مَعْصِيَتُهُمْ
الْكَبِيْرَةُ) kepada
Allah SWT. Mereka bersedia me-ngeluarkan harta bahkan nyawa di jalan kekufuran
(فِيْ
سَبِيْلِ الطَّاغُوْتِ) dan
sama sekali menolak untuk melakukan hal yang sama di jalan Islam (فِيْ
سَبِيْلِ اللهِ). Padahal
Allah SWT menyatakan :
الَّذِينَ كَفَرُوا
وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ أَضَلَّ أَعْمَالَهُمْ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَءَامَنُوا بِمَا نُزِّلَ عَلَى مُحَمَّدٍ وَهُوَ
الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ كَفَّرَ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَأَصْلَحَ بَالَهُمْ
ذَلِكَ بِأَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا اتَّبَعُوا الْبَاطِلَ وَأَنَّ الَّذِينَ
ءَامَنُوا اتَّبَعُوا الْحَقَّ مِنْ رَبِّهِمْ كَذَلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ
لِلنَّاسِ أَمْثَالَهُمْ (محمد : 1-3)
Mereka sangat tidak suka disebut sebagai
atau dikategorikan ke dalam kaum kufar yang bersi-kap pura-pura
alias kaum munafiq, namun perbuatan mereka telah nyata-nyata berada dalam
pemetaan realitas sikap kaum kufar tersebut. Mereka telah menjual seluruh
ketentuan Allah SWT (syariah Islami-yah) dengan harga yang sangat “ecek-ecek,
cemen” yakni dengan kekufuran. Allah SWT menyatakan :
أُولَئِكَ
الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلَالَةَ بِالْهُدَى فَمَا رَبِحَتْ تِجَارَتُهُمْ وَمَا
كَانُوا مُهْتَدِينَ (البقرة : 16)
No comments:
Post a Comment