Sunday, November 3, 2013

MEMAHAMI AYAT DAN HADITS


Memahami hadits-hadits berpola mutasyabih
Hadits-hadits yang dimaksudkan adalah :
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْوِيهِ عَنْ رَبِّهِ قَالَ إِذَا تَقَرَّبَ الْعَبْدُ إِلَيَّ شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِذَا تَقَرَّبَ مِنِّي ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ بَاعًا وَإِذَا أَتَانِي مَشْيًا أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً (رواه البخاري)
“dari Anas ra dari Nabi saw, beliau meriwayatkannya dari Rabbnya yang menyatakan : ‘jika seorang hamba taqarrub kepada Ku satu jengkal, maka Aku akan taqarrub kepadanya satu hasta dan jika dia semakin taqarrub kepada Ku satu hasta maka Aku akan semakin taqarrub kepadanya satu depa dan jika dia mendatangi Ku dengan berjalan maka Aku akan mendatanginya dengan berlari kecil”

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ حِينَ يَذْكُرُنِي إِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ هُمْ خَيْرٌ مِنْهُمْ وَإِنْ تَقَرَّبَ مِنِّي شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً (رواه مسلم)
“dari Abi Hurairah berkata telah berkata Rasulullah saw : ‘Allah ‘Azza wajalla telah menyatakan : Aku berada dalam sangkaan hamba Ku tentang diri Ku, padahal Aku bersamanya saat dia mengingat Ku. Jika dia mengingat Ku dalam dirinya maka Aku pasti mengingat dia dalam diri Ku dan jika dia mengingat Ku dalam suatu tempat maka Aku pasti mengingat dia dalam suatu tempat yang lebih baik daripada tempat mereka tersebut dan jika dia taqarrub kepada Ku satu jengkal maka Aku pasti taqarrub kepadanya satu hasta dan jika dia taqarrub kepada Ku satu hasta maka Aku pasti taqarrub kepadanya satu depa dan jika dia mendatangi Ku dengan berjalan maka pasti Aku mendatanginya dengan berlari kecil”.

عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَأَزِيدُ وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَجَزَاؤُهُ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا أَوْ أَغْفِرُ وَمَنْ تَقَرَّبَ مِنِّي شِبْرًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ ذِرَاعًا وَمَنْ تَقَرَّبَ مِنِّي ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ بَاعًا وَمَنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً وَمَنْ لَقِيَنِي بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطِيئَةً لَا يُشْرِكُ بِي شَيْئًا لَقِيتُهُ بِمِثْلِهَا مَغْفِرَةً (رواه مسلم)
“dari Abi Dzar berkata bahwa Rasulullah saw menyatakan : ‘Allah ‘Azza wajalla berkata : siapa saja yang datang dengan membawa al-hasanah maka baginya sepuluh kali yang serupa dengan itu dan Aku akan menambahkannya dan siapa saja yang datang dengan membawa as-sayyiah maka balasan baginya adalah sayyiah yang serupa atau Aku akan mengampuninya dan siapa saja taqarrub kepada Ku satu jengkal maka pasti Aku taqarrub kepadanya satu hasta dan siapa saja taqarrub kepada Ku satu hasta maka pasti Aku taqarrub kepadanya satu depa dan siapa saja yang mendatangi Ku dengan berjalan maka Aku pasti mendatanginya dengan berlari kecil dan siapa saja yang menemui Ku dengan membawa kesalahan seluas bumi dan dia sama sekali tidak menyekutukan Ku maka Aku pasti mene-muinya dengan membawa maghfirah seluas bumi juga”.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ حَيْثُ يَذْكُرُنِي وَاللَّهِ لَلَّهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ يَجِدُ ضَالَّتَهُ بِالْفَلَاةِ وَمَنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَمَنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِذَا أَقْبَلَ إِلَيَّ يَمْشِي أَقْبَلْتُ إِلَيْهِ أُهَرْوِلُ (رواه مسلم)
“dari Abi Hurairah dari Rasulillah saw bahwa beliau berkata telah menyatakan Allah ‘Azza wajalla : ‘Aku berada dalam sangkaan hamba Ku tentang diri Ku padahal Aku bersamanya sepanjang dia mengingat Ku. Demi Allah sungguh Allah akan sangat bergembira dengan taubat hamba Nya daripada gembiranya salah seorang kalian yang menemukan kembali barang-barangnya yang hilang di tengah padang sahara dan siapa saja taqarrub kepada Ku satu jengkal maka pasti Aku taqarrub kepadanya satu hasta dan siapa saja taqarrub kepada Ku satu hasta maka pasti Aku taqarrub kepadanya satu depa dan jika dia menemui Ku dengan berjalan maka Aku pasti akan menemuinya dengan berlari kecil’.

عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَأَزِيدُ وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ مِثْلُهَا أَوْ أَغْفِرُ وَمَنْ تَقَرَّبَ مِنِّي شِبْرًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ ذِرَاعًا وَمَنْ تَقَرَّبَ مِنِّي ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ بَاعًا وَمَنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً وَمَنْ لَقِيَنِي بِقِرَابِ الْأَرْضِ خَطِيئَةً ثُمَّ لَا يُشْرِكُ بِي شَيْئًا لَقِيتُهُ بِمِثْلِهَا مَغْفِرَةً (رواه ابن ماجه)
“dari Abi Dzar berkata telah berkata Rasulullah saw bahwa Allah SWT menyatakan : ‘siapa saja yang datang dengan membawa al-hasanah maka baginya sepuluh kali lipat yang serupa dan Aku akan menambahkannya dan siapa saja yang datang dengan membawa as-sayyiah maka balasannya adalah sayyiah yang serupa atau Aku akan mengampuninya dan siapa saja taqarrub kepada Ku satu jengkal maka pasti Aku taqarrub kepadanya satu hasta dan siapa saja taqarrub kepada Ku satu hasta maka pasti Aku taqarrub kepadanya satu depa dan siapa saja yang mendatangi Ku dengan berjalan maka Aku pasti mendatanginya dengan berlari kecil dan siapa saja yang menemui Ku dengan membawa kesalahan seluas bumi lalu dia sama sekali tidak menyekutukan Ku maka pasti Aku menemuinya dengan membawa maghfirah seluas bumi juga”.
اَلْهَرْوَلَةُ = اَلإِسْرَاعُ بَيْنَ الْعُدْوِ وَالْمَشِيِّ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُولُ أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ حِينَ يَذْكُرُنِي إِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْ مَلَئِهِ الَّذِينَ يَذْكُرُنِي فِيهِمْ وَإِنْ تَقَرَّبَ الْعَبْدُ مِنِّي شِبْرًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ مِنِّي ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ بَاعًا وَإِذَا جَاءَنِي يَمْشِي جِئْتُهُ أُهَرْوِلُ لَهُ الْمَنُّ وَالْفَضْلُ (رواه احمد)
“Rasulullah saw telah berkata sungguh Allah ‘Azza wajalla menyatakan : ‘Aku berada dalam sangka-an hamba Ku tentang diri Ku, padahal Aku bersamanya saat dia mengingat Ku. Jika dia mengingat Ku dalam dirinya maka Aku pasti mengingat dia dalam diri Ku dan jika dia mengingat Ku dalam suatu tempat maka Aku pasti mengingat dia dalam suatu tempat yang lebih baik daripada tempat mereka mengingat Ku tersebut dan jika seorang hamba taqarrub kepada Ku satu jengkal maka Aku pasti taqarrub kepadanya satu hasta dan jika dia taqarrub kepada Ku satu hasta maka Aku pasti taqarrub kepadanya satu depa dan jika dia mendatangi Ku dengan berjalan maka pasti Aku mendatanginya dengan menyegerakan baginya segala kebaikan dan keutamaan yang sangat banyak ”.
اَلْهَرْوَلَةُ = اَلإِسْرَاعُ فِيْ السَّيْرِ
اَلْمَنُّ = فِعْلُ الْمَعْرُوْفِ وَالإِكْثَارُ مِنْ ذِكْرِهِ تَفَضُّلاً
Pemikiran yang ditunjukkan oleh keseluruhan hadits adalah :
1.      bagian hadits : مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَأَزِيدُ memastikan bahwa setiap perbuatan manusia yang terkategori عَمَلٌ صَالِحٌ اَيِ الْحَسَنَةُ sekecil apa pun (مَنْ تَقَرَّبَ مِنِّي شِبْرًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ ذِرَاعًا) pasti akan dibalas oleh Allah SWT dengan yang lebih baik dan lebih besar dari perbuatannya tersebut. Inilah yang di-maksudkan oleh bagian-bagian hadits :
a.       مَنْ تَقَرَّبَ مِنِّي شِبْرًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ ذِرَاعًا وَمَنْ تَقَرَّبَ مِنِّي ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ بَاعًا وَمَنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً
b.       إِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ هُمْ خَيْرٌ مِنْهُمْ
c.       وَاللَّهِ لَلَّهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ يَجِدُ ضَالَّتَهُ بِالْفَلَاةِ
d.      إِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْ مَلَئِهِ الَّذِينَ يَذْكُرُنِي فِيهِمْ
2.      bagian hadits : مَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَجَزَاؤُهُ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا أَوْ أَغْفِرُ memastikan bahwa setiap perbuatan manusia yang terkategori عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ اَيِ السَّيِّئَةُ akan dibalas oleh Allah SWT dengan hanya yang serupa atau setimpal dengan perbuatannya itu, bahkan sangat mungkin Allah SWT akan mengampuninya. Ini-lah yang dimaksudkan oleh bagian lainnya : مَنْ لَقِيَنِي بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطِيئَةً لَا يُشْرِكُ بِي شَيْئًا لَقِيتُهُ بِمِثْلِهَا مَغْفِرَةً (siapa saja yang menemui Ku dengan membawa kesalahan seluas bumi dan dia sama sekali tidak menyekutukan Ku maka Aku pasti menemuinya dengan membawa maghfirah seluas bumi juga).
3.      bagian hadits مَنْ تَقَرَّبَ مِنِّي شِبْرًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ ذِرَاعًا وَمَنْ تَقَرَّبَ مِنِّي ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ بَاعًا وَمَنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً atau إِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْ مَلَئِهِ الَّذِينَ يَذْكُرُنِي فِيهِمْ tidak boleh dipahami مَنْطُوْقًا (tekstual) sebab itu berhubungan dengan perbuatan Allah SWT yakni sifat Allah SWT padahal kejadiannya masih dalam kehidupan dunia. Oleh karena itu bagian tersebut wajib di-pahami dengan memperhatikan atau bertumpu kepada qarinah yang ditampakkan oleh bagian lain-nya seperti : مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَأَزِيدُ. Hal ini tentu saja berbeda dengan bagian hadits lain-nya yakni مَنْ لَقِيَنِي بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطِيئَةً لَا يُشْرِكُ بِي شَيْئًا لَقِيتُهُ بِمِثْلِهَا مَغْفِرَةً yang dapat dan boleh dipahami se-cara tekstual hanya saja realitasnya tidak akan pernah terjadi di dunia melainkan di akhirat setelah seluruh manusia dikumpulkan untuk di hisab di padang mahsyar.

Memahami ayat-ayat yang diposisikan secara kisruh
Ayat-ayat yang dimaksudkan adalah :
مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُؤْتِيَهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا عِبَادًا لِي مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَكِنْ كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ (آل عمران : 79)
“tidak layak bagi seorang manusia yang Allah berikan kepadanya Kitab, Hukum dan Nubuwwah, kemudian dia berkata kepada manusia jadilah kalian hamba-hambaku selain menjadi hamba-hamba Allah, melainkan yang pantas adalah dia berkata jadilah kalian orang-orang yang memahami dan me-melihara segala perkara yang kalian ajarkan dari Al-Kitab dan juga yang kalian pelajari darinya”.
اَلرَّبَّانِيُّوْنَ أَرْبَابُ الْعِلْمِ اَيْ اَلْعُلَمَاءُ بِدِيْنِ الرَّبِّ الَّذِيْ يَعْمَلُوْنَ بِعِلْمِهِمْ اَيْ اَلْعُلَمَاءُ بِالْحَلاَلِ وَالْحَرَامِ وَالأَمْرِ وَالنَّهْيِ
اَلرَّبَّانِيُّوْنَ adalah para pemelihara ilmu atau ulama yang memahami agama Allah SWT yang mereka ber-buat berdasarkan ilmu mereka tersebut atau ulama yang memahami halal, haram, perintah dan lara-ngan.
Jadi, tidak akan pernah ada seorang pun Rasul yang akan meklaim dirinya sebagai Tuhan selain Allah SWT gara-gara dia diberi oleh Allah SWT Kitab, Hukum dan Nubuwwah, termasuk sosok Nabi Isa as maupun ‘Uzair. Ini merupakan bantahan pasti dari Allah SWT yang disampaikan kepada Nabi Muham-mad saw terhadap klaim kaum Yahudi maupun Nasrani selama ini :
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ (التوبة : 30)
“dan Yahudi berkata bahwa ‘Uzair adalah anak Allah dan berkata orang Nasrani bahwa Al-Masih adalah anak Allah. Itulah ucapan mereka melalui mulut-mulut mereka”.
Bantahan terhadap klaim Nasrani yang menjadikan Nabi Isa maupun ibunya sebagai dua sosok Tuhan selain Allah SWT yang mereka anggap sikap tersebut berdasarkan perintah dari Nabi Isa sendiri, juga disampaikan kepada Rasulullah saw oleh Allah SWT berupa kisah dialog dengan Nabi Isa sendiri :
وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَاعِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ ءَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلَا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ مَا قُلْتُ لَهُمْ إِلَّا مَا أَمَرْتَنِي بِهِ أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ (المائدة : 116-117)
“dan ingatlah ketika Allah bertanya kepada Isa bin Maryam : wahai Isa, apakah kamu telah berkata kepada manusia jadikanlah oleh kalian aku dan ibuku sebagai dua tuhan selain Allah? Dia (Isa) menjawab : Maha Suci Engkau, adalah tidak mungkin bagi saya untuk berkata sesuatu yang saya tidak memiliki wewenang untuk itu. Jika saya telah mengatakan hal itu tentulah Engkau mengetahuinya, Engkau mengetahui segala hal yang ada dalam diri saya sedangkan saya sama sekali tidak mengetahui sesuatu pun yang ada dalam diri Engkau, karena Engkau Maha Mengetahui yang ghaib. Tiada lain yang telah saya katakan kepada mereka kecuali segala sesuatu yang telah Engkau perintahkan kepada saya yakni ‘taatilah oleh kalian Allah Rabku dan Rab kalian’. Dan saya menjadi saksi atas mereka selama saya ada di tengah mereka namun saat Engkau telah mewafatkan saya maka Engkaulah yang sangat dekat kepada mereka dan Engkau Maha Menyaksikan terhadap segala sesuatu”.
Jadi, memang tidak akan pernah ada dan pada faktanya hingga ditutupnya masa Nubuwwah dan Risa-lah oleh Nabi Muhammad saw tidak pernah ada seorang Nabi dan Rasul pun yang berucap atau me-ngaku diri seperti yang dituduhkan oleh kaum Yahudi kepada ‘Uzair dan kaum Nasrani kepada Nabi Isa. Artinya pernyataan Allah SWT dalam Ali Imran ayat 79 tersebut adalah informasi hakikat yang telah berlangsung sepanjang sebelum Nabi Muhammad saw ditetapkan sebagai Nabi dan Rasul terakhir bagi kehidupan dunia. Oleh karena itulah dalam Al-Quran, Allah SWT banyak sekali menyampaikan informasi seputar jatidiri Nabi Isa, antara lain :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُونُوا أَنْصَارَ اللَّهِ كَمَا قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ لِلْحَوَارِيِّينَ مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ فَآمَنَتْ طَائِفَةٌ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَكَفَرَتْ طَائِفَةٌ فَأَيَّدْنَا الَّذِينَ ءَامَنُوا عَلَى عَدُوِّهِمْ فَأَصْبَحُوا ظَاهِرِينَ (الصف : 14)
“wahai orang-orang yang beriman jadilah kalian penolong-penolong Allah seperti halnya Isa telah berkata kepada Hawariyyin : siapakah yang akan menjadi penolongku bagi Allah? Hawariyyun berka-ta : kami adalah penolong-penolong Allah, maka sebagian dari Bani Israil memang beriman dan seba-gian lainnya ternyata kufur. Lalu Kami pun mengokohkan orang-orang yang beriman untuk mengha-dapi musuh mereka sehingga akhirnya mereka memperoleh kemenangan”.

فَلَمَّا أَحَسَّ عِيسَى مِنْهُمُ الْكُفْرَ قَالَ مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ ءَامَنَّا بِاللَّهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ (آل عمران :52)
“lalu ketika Isa telah menyadari adanya sikap kufur dari mereka (bani Israil), dia berkata : siapakah yang akan menjadi penolongku bagi Allah? Hawariyyun berkata : kami adalah penolong-penolong Allah, kami beriman kepada Allah dn saksikanlah bahwa kami adalah kaum muslim”.
Oleh karena itu, Rabbaniyyun dan Hawariyyun adalah sama yakni sama-sama para sahabat Nabi Isa yang menyatakan diri siap bersedia untuk membantu dan menolong Nabi Isa dalam tugas beliau me-nyebarluaskan risalah Injil kepada Bani Israil. Inilah yang diinformasikan juga oleh Rasulullah saw ke-pada umat Islam :
الْحَوَارِيُّونَ اَلنَّاصِرُوْنَ كَمَا يَدُلُّ عَلَيْهِ قَوْلُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لِكُلِّ نَبِيٍّ حَوَارِيٌّ وَحَوَارِيَّ الزُّبَيْرُ (رواه البخاري ومسلم)
“Hawariyyun adalah para penolong Nabi Isa, ini seperti yang ditunjukkan oleh pernyataan Rasulullah saw : ‘bagi setiap Nabi ada seorang hawariy dan Zubair adalah hawariyy bagiku”.

No comments:

Post a Comment