Saturday, November 9, 2013

MENGGANDENGKAN ISLAM DAN KEKUFURAN : SEMAKIN DISEPAKATI!


Umat Islam semakin berani membela kekufuran
Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah yang juga Direktur Pasca Sarjana Institut Ilmu Al-Quran/ IIQ Jakarta Prof. Dr. Huzaimah T Yanggo ketika ditanya oleh Tabloid Republika DIALOG JUMAT (19 Juni 2009) tentang bagaimana seharusnya menyikapi fenomena banyaknya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), menyatakan : tentu kita harus melihatnya dari sudut pandang hukum Islam, meski di sisi lain kita sudah memiliki Undang-undang Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang juga ha-rus ditaati. Nah, yang perlu diperhatikan, setiap pasangan suami istri harus mengetahui bagaimana dalam hukum Islam, dan bagaimana dalam undang-undang itu.
Australia-Indonesia Institute (AII) telah menggagas penyelenggaraan Program Pertukaran Tokoh Muslim Muda Indonesia-Australia yang dilakukan di Melbourne dan Canberra pada 8 hingga 16 Juni 2009. Dialog antarkomunitas umat beragama (Islam, Yahudi, Kristen, Hindu, Baha’i dan Sikh) di ka-wasan Victoria meliputi Springvale, Dandenong, Keysborough dan Noble Park. Sejumlah tokoh lintas agama hadir dan menyampaikan gagasannya sebagai berikut :
1.       Direktur National Centre of Excellence for Islamic Studies pada Universitas Melbourne Prof. Ab-dullah Saeed menyatakan : peristiwa itu (11 September 2001 atau 9/11) justru menjadi berkah ter-sendiri bagi umat Islam di Australia. Sejak peristiwa itu terjadi, dialog lintas iman di Australia jus-tru kian meningkat. Keingintahuan orang Australia terhadap Islam pun bertambah. Sebelum peris-tiwa 9/11 terjadi, sangat jarang orang Australia membicarakan masalah agama. Apalagi, 25 per-sen penduduk negara itu tak beragama.
2.       Anggota Islamic Council of Victoria Rowan Gould mengakui : setelah peristiwa 9/11 orang Aus-tralia mencoba mencari tahu tentang Islam. Buku-buku tentang keislaman terjual lebih banyak se-telah peristiwa itu. Dialog antarumat beragama pun terjalin semakin intensif.
3.       Presiden Interfaith Network Kota Dandenong, Helen Heath menyatakan : lewat dialog lintas iman ini, kami mendorong setiap umat beragama agar lebih toleran dan menghilangkan praduga, se-hingga kota ini (Dandenong) bisa terus damai.
Selain itu, akhir tahun ini (Desember 2009) Parlemen Agama Dunia akan digelar di Melbourne Aus-tralia yang akan diikuti oleh 8.000 hingga 12.000 perwakilan umat beragama dari seluruh dunia. Helen Heath sendiri bertindak sebagai community organiser pertemua Parlemen Agama Dunia tersebut.
Sementara itu, bertempat di Kantor Litbang Depag Jakarta pada tanggal 17 Juni 2009 lalu telah diadakan dialog bertema “Pengembangan Wawasan Multikultural antara Pemuka Agama Pusat dan Daerah” yang dihadiri oleh sejumlah tokoh agama : Goodwill Zubir (Ketua PP Muhammadiyah), Rid-wan Lubis (Ketua PBNU), Manager Nasution (MUI), Yudith Tompah (Persekutuan Gereja-gereja In-donesia/PGI), I Nengah Dana (PHDI), Uung Sendana (Matakin), Tan Tjie Lian (Walubi) dan Agnes Retno Hascaryani (KWI). Kepala Puslitbang Kehidupan Agama Departemen Agama Abdul Rahman Mas’ud menyatakan : dialog multikultural sangat penting dilakukan demi terciptanya kehidupan yang lebih rukun antarumat beragama di masa sekarang maupun di masa akan datang. Dialog multikultural juga dapat menciptakan hubungan yang lebih harmonis di antara para pemimpin agama dari agama yang berbeda. Dialog juga diharapkan mampu menginventarisasi kearifan-kearifan lokal yang dapat mendukung kerukunan umat beragama. Selain itu, berbagai sekat perbedaan baik vertikal maupun ho-rizontal yang ada dalam masyarakat dapat terjembatani.
Nampak sekali dari seluruh gagasan tersebut baik secara pribadi maupun terkait dalam sebuah perhelatan, adanya sikap yang semakin berani dari umat Islam untuk membela kekufuran yang saat ini diberlakukan secara global : sekularisme. Sikap-sikap tersebut adalah :
a.       memposisikan secara setara antara Islam dengan peraturan buatan manusia seperti Undang-undang Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Inilah yang ditunjukkan secara verbal dan vulgar oleh Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Prof. Dr. Huzaimah T Yanggo : tentu kita harus melihatnya dari sudut pandang hukum Islam, meski di sisi lain kita sudah memiliki Undang-undang Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang juga harus ditaati. Padahal adalah sangat mudah bagi dia un-tuk memahami informasi Allah SWT tentang realitas kekufuran karya tangan manusia tersebut me-ngingat posisinya sebagai Direktur Pasca Sarjana Institut Ilmu Al-Quran/ IIQ Jakarta. Artinya, sa-ma sekali tidak alasan bagi dirinya untuk menyatakan tidak tahu tentang pernyataan Allah SWT :
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (الروم : 41)
Telah nampak kebinasaan di daratan dan lautan akibat peraturan yang dibuat oleh tangan manu-sia. Hal itu supaya mereka rasakan sendiri sebagian akibat dari yang telah mereka perbuat agar mereka kembali kepada peraturan Allah
الَّذِينَ ءَامَنُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ الطَّاغُوتِ فَقَاتِلُوا أَوْلِيَاءَ الشَّيْطَانِ إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا (النساء : 76)
Orang-orang yang beriman itu akan selalu berperang fi sabiilillah (Islam) dan orang-orang kufur akan selalu berperang di jalan thaghut (kekufuran). Oleh karena itu, perangilah oleh kalian (umat Islam) para wali syetan itu (kaum kufar), sungguh tipudaya syetan itu (kekufuran) sangatlah lemah
Realitas yang dimaksudkan oleh bagian ayat بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ (surat Ar-Rum 41) adalah sama de-ngan إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا (An-Nisa 76) yakni sistem kufur alias kekufuran.
b.       baik Prof. Abdullah Saeed maupun Rowan Gould yang keduanya merasa gembira dengan adanya dialog lintas iman atau dialog antarumat beragama yang semakin meningkat dan intensif di Aus-tralia pasca peristiwa 11 September 2001, pada hakikatnya adalah pembelaan secara terus terang dari keduanya (juga yang sejenis dengan mereka berdua) kepada kekufuran yang tengah mendomi-nasi kehidupan manusia satu abad terakhir ini. Sistem kufur tersebut telah dengan sangat memaksa Islam untuk duduk bersama secara setara dan sejajar dengan agama-agama lainnya, padahal pe-maksaan tersebut hanya layak diterima oleh atau diberikan kepada selain Islam. Hal itu karena ke-tentuan pemisahan agama dari politik dan negara (sekularisme) hanya sesuai (matching) dengan se-luruh agama atau kepercayaan yang bersifat dasar spiritualisme ritualisme (Yahudi, Kristen, Hindu, Baha’i, Sikh dan lainnya yang sejenis). Sedangkan Islam adalah aqidah aqliyah yang memancarkan peraturan alias sebentuk ideologi yang memiliki sekumpulan pandangan terhadap kehidupan manu-sia di dunia : peradaban alias civilization alias اَلْحَضَارَةُ. Realitas Islam inilah yang mengharuskan Is-lam ada (يَكُوْنُ), berdiri (يَقُوْمُ) dan berlaku (يَنْطَبِقُ) secara sendirian (مُنْفَرِدًا) tanpa disertai dengan lain-nya apa pun itu : sistem, peraturan, ideologi, agama, kepercayaan dan sebagainya. Allah SWT me-nyatakan :
وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ لِلَّهِ فَإِنِ انْتَهَوْا فَإِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (الأنفال : 39)
Dan perangilah (oleh kalian umat Islam) mereka (kaum kufar) hingga tidak ada lagi realitas fitnah (kekufuran) dan agama seluruhnya hanya milik Allah, lalu jika mereka (kaum kufar) berhenti (dari kekufuran) maka sungguh Allah Maha Melihat terhadap apa pun yang mereka perbuat
Dalil ini memastikan bahwa perang yang wajib dilancarkan oleh umat Islam terhadap kaum kufar bertujuan agar Islam dapat benar-benar menempati kedudukan sebagai satu-satunya الدِّينُ yang di-berlakukan secara menyeluruh, utuh dan sendirian atas kehidupan manusia di dunia. Jadi dialog lintas iman, dialog antarumat beragama dan sebagainya adalah bentuk penghinaan, penistaan dan upaya penghancuran terhadap Islam, apalagi tujuan dari seluruh aksi tersebut adalah supaya setiap umat beragama lebih toleran dan menghilangkan praduga (Presiden Interfaith Network Kota Dan-denong, Helen Heath).
c.       pengembangan wawasan multikultural yang digagas oleh Puslitbang Kehidupan Agama Departe-men Agama, sangat jelas bertujuan untuk menjadikan seluruh umat beragama sebagai “anak-anak manis dan tidak nakal” yang berbaris harmonis di bawah naungan sekularisme di Indonesia. Gagas-an itu pun menunjukkan bahwa realitas multikultural yang dimaksudkan tiada lain adalah konsep turunan dari pluralisme yang menempatkan semua agama sebagai sama yakni sama-sama benar dan semuanya mengajarkan kebaikan. Artinya, gagasan multikultural tersebut menuntut semua penga-nut agama berikut para pimpinannya atau pemukanya untuk menjadikan pluralisme sebagai asas berpikir mereka. Apabila hal itu telah terwujud sempurna maka tidak akan pernah ada lagi dalam percaturan interaksi antarumat beragama klaim sebagai paling benar, sehingga secara otomatis ti-dak akan pernah ada lagi konflik yang muncul dari arah para penganut agama yang berbeda. Lalu dengan tidak adanya konflik berbasis keragaman agama, maka kekokohan pemberlakuan sekularis-me sebagai asas kehidupan bernegara dan berpolitik tentu akan semakin terjamin karena salah satu ancaman mematikannya yakni Islam telah dapat dilumpuhkan secara total.
Jadi antara Abdul Rahman Mas’ud (Kepala Puslitbang Kehidupan Agama Departemen Agama) de-ngan Helen Heath (Presiden Interfaith Network Kota Dandenong) adalah sama persis yakni tengah berupaya sangat serius untuk melanjutkan program melucuti dan melumpuhkan Islam atas nama kemanusiaan, perdamaian dan universalitas nilai-nilai semua agama yang ada di dunia.
Selain itu, sulit sekali secara conspiracy thinking (تَفْكِيْرُ الْمُؤَامَرَةِ) alias konsep persekongkolan untuk menyimpulkan bahwa antara aksi di Melbourne dan Canberra dengan Jakarta sebagai sekedar kebe-tulan. Hal itu karena walau kedua perhelatan tersebut dipisahkan oleh jarak ribuan kilometer namun secara ideologis keduanya tidak hanya dekat melainkan sama persis dan bertujuan yang sama yakni memenangkan sekularisme atas agama-agama serta selanjutnya mempertahankan dan melestarikan kemenangan tersebut untuk selamanya. Tentu saja yang paling dibidik oleh tembakan ideologis mematikan tersebut adalah Islam dan Dunia Islam, karena sepanjang perjalanan kehidupan leluhur mereka (kaum kufar) hingga berakhirnya Perang Dunia II ternyata mereka dapati hanya Islam dan Dunia Islam yang mampu menghancurkan kedigjayaan negara-negara mereka : Imperium Romawi, United Kingdom, Perancis, Jerman, Italia dan Rusia. Oleh karena itu, pengalaman pahit getir terse-but tentu saja akan selalu mereka jadikan gambaran pasti dalam merumuskan konsep, langkah mau-pun strategi untuk selalu menghalangi kembalinya Ideologi Islam yang diemban dan diberlakukan oleh Khilafah Islamiyah.
Wal hasil, seluruh sepak terjang umat Islam baik di Dunia Islam maupun Dunia Kufur yang bahu membahu dengan kaum kufar (سَيِّدُهُمْ) untuk menyelenggarakan berbagai perhelatan di bawah naungan tema besar dialog lintas iman atau dialog antarumat beragama, adalah bukti pasti dari semakin tinggi-nya keberanian umat Islam dalam menunjukkan pembelaannya kepada kekufuran. Tentu saja perbuatan mereka itu selain telah semakin menghinakan dirinya dan Islam, melainkan juga telah melanggar ke-tentuan Allah SWT yang mengharamkan tindakan tersebut :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآيَاتِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ (آل عمران : 118)
Wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian menjadikan selain kalian (kaum kufar) sebagai orang kepercayaan, sebab mereka tidak akan henti-hentinya merusak kalian dan mereka selalu beren-cana menghancurkan kalian. Telah nampak kebencian dari mulut-mulut mereka dan apa yang tersem-bunyi dalam dada-dada mereka pastilah lebih besar lagi. Kami (Allah) telah menjelaskan ayat-ayat (tentang mereka) kepada kalian jika kalian menggunakan aqal.
Ayat tersebut memberikan informasi yang pasti tentang realitas sikap kaum kufar baik yang ditampak-kan maupun yang disembunyikan terhadap Islam dan umat Islam. Seluruh informasi itu wajib diguna-kan oleh umat Islam untuk memutuskan sikap terhadap kaum kufar tersebut yakni menempatkan mere-ka sebagai musuh abadi dan tidak pernah akan memberikan sedikit pun kesempatan kepada mereka un-tuk mencari tahu urusan umat Islam : لَا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ.

Umat Islam semakin terang-terangan dalam menghancurkan Islam
Menanggapi keberhasilan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Selatan yang mendapatkan informasi tentang adanya vaksin meningitis (radang selaput otak) yang bebas dari enzim bagi, maka :
1.       Ketua Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) KH. Ridwan Lubis menyatakan : sebaiknya pe-merintah menindaklanjuti temuan itu. Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan harus ber-gerak cepat mencari vaksin meningitis pengganti. Sehingga calon jamaah haji dan jamaah umrah tidak resah. Terlebih ibadah haji merupakan puncak ibadah umat Islam.
2.       Ketua MUI Pusat KH. Amidhan menyatakan : pemerintah perlu segera menindaklanjuti temuan vaksin meningitis yang diduga bebas dari unsur babi. Dalam hal ini kan MUI berkepentingan da-lam hal halal haramnya, pemerintah yang lebih berkepentingan untuk menindaklanjuti temuan itu. Pemerintah harus bergerak cepat, bahkan jika perlu melihat langsung ke pabriknya.
Dengan demikian para “ulama” yang ada di MUI (di pusat hingga ke daerah) dan NU telah sepakat un-tuk :
a.       menempatkan Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai pemilik otoritas alias yang berwewenang untuk mengurus, mengatur dan mengelola seluruh kepentingan umat Is-lam Indonesia termasuk yang berhubungan dengan ibadah haji
b.       menempatkan diri mereka (ulama) sebagai hanya berwewenang dalam urusan penetapan halal dan haramnya suatu benda (misal vaksin meningitis) atau perbuatan (misal judi) alias hanya memiliki otoritas dalam urusan keagamaan
c.       memisahkan antara wilayah negara dan wilayah agama, yakni aparatur pemerintahan sebagai nega-rawan (رِجَالُ الدَّوْلَةِ) dan para ulama sebagai agamawan atau rohaniwan (رِجَالُ الدِّيْنِ)
Lalu, Ustadz Zaenal Abidin bin Syamsudin Lc. dalam acara bedah buku yang dikarangnya sendi-ri berjudul Mencari Kunci Rezeki yang Hilang di Masjid Sunda Kelapa Jakarta menyatakan : beberapa kunci dalam mencari rezeki yang halal dan berkah antara lain rajin berdoa dengan penuh keyakinan, beristighfar, bertobat, bersyukur kepada Allah, berikhtiar dan bertawakal, silaturahim, bersedekah dan memberi nafkah kepada para penuntut ilmu agama.
Sementara itu dalam acara yang sama, Pendiri dan Chairman PT Zahir Internasional (perusahaan software akuntansi bermerek Zahir) Fadil Fuad Basymeleh menyatakan : Islam mendorong umatnya agar menekuni bisnis. Namun, tentu saja, bisnis itu harus sesuai dengan syariah, yakni senantiasa memperhatikan apa-apa yang diperintah dan dilarang oleh Allah SWT.
Ketua PP Muhammadiyah Goodwill Zubir sehubungan dengan eksistensi Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) menyatakan : peran Forum Kerukunan Umat Beragama dan pimpinan maje-lis agama sangat penting dalam upaya merawat kerukunan umat dewasa ini. Kompleksnya problemati-ka kehidupan sosial yang dirasakan umat manusia saat ini, semakin menyadarkan akan pentingnya ke-terlibatan agama sebagai solusi.
Ketiga orang tersebut (Zaenal Abidin bin Syamsudin Lc., Fadil Fuad Basymeleh dan Goodwill Zubir) sepakat bahwa :
a.       agama yakni syariah Islamiyah dapat dilaksanakan kapan saja dan di mana saja tanpa harus mem-persoalkan realitas negara kebangsaan yang ada, misalnya melakukan bisnis dan mencari rizqi da-pat dilakukan di NKRI dengan cara tetap memperhatikan perintah maupun larangan Allah SWT
b.       agama (tidak hanya Islam) harus dilibatkan dalam upaya penanggulangan problematika kehidupan manusia di dunia yang semakin kompleks
Keseluruhan fakta tersebut memperlihatkan satu hal yakni umat Islam semakin terang-terangan dalam menghancurkan Islam dan sikap ini hanya pernah diperlihatkan oleh dua orang sebelumnya yakni Muawiyah yang pertama kali menetapkan adanya putera mahkota dalam pemerintahan Islam dan Jamaluddin Al-Afghaniy yang pertama kali menggagas Khilafah berdasarkan kebangsaan (Khilafah Arabiyah). Perbedaan mendasar antara sikap umat Islam saat ini dengan mereka berdua dalam meng-hancurkan Islam adalah :
1.       baik Muawiyah maupun Jamaluddin Al-Afghaniy hidup dan berkiprah dalam wadah Islami (Khila-fah Islamiyah) walau telah tidak utuh lagi (banyak penyimpangan). Pada sosok Muawiyah berhim-pun dua sisi yang saling bertentangan (مُتَنَاقِضَةٌ) bahkan saling meniadakan (مُتَنَافِيَةٌ), yakni di satu sisi dia adalah Khalifah yang berhasil meluaskan kekuasaan Islam hingga ke wilayah yang berhadapan langsung dengan Imperium Romawi. Namun di sisi lainnya, dia adalah Khalifah yang paling bersa-lah dan bertanggungjawab atas tradisi menyimpang dari Islam yaitu pewarisan kekuasaan dalam Khilafah. Adapun Jamaluddin Al-Afghaniy adalah orang yang dengan sadar dan rela menyediakan dirinya untuk dijadikan alat penghancur Khilafah dari dalam oleh Inggris, sehingga negara kerajaan itu dapat dengan leluasa dan mudah menghancurkan Khilafah Islamiyah dari berbagai arah. Arti-nya, kedua orang tersebut berperan sangat aktif dalam menghancurkan Islam melalui jalur perobo-han pilar-pilar kekuatan yang selama ini menopang tegak berdirinya Ideologi Islam di dunia.
2.       sedangkan umat Islam saat ini hanya pernah hidup di era pasca runtuhnya Khilafah Islamiyah yang mengakibatkan Ideologi Islam tidak pernah lagi diberlakukan dalam kehidupan mereka. Mereka sa-at ini telah dan tengah “dibimbing dan dipandu” secara massif dan intensif oleh kaum kufar dengan segala bentuk kekuatan mereka (terutama ideologi dan pemikiran) untuk melakukan penghancuran terhadap Islam lebih lanjut. Tujuannya sudah pasti adalah supaya Islam tidak akan pernah lagi ber-posisi sebagai ideologi dan untuk selanjutnya hanya berwujud sebagai agama spiritualisme ritualis-me yang tidak akan pernah mendorong maupun mengantarkan umat Islam kepada kehidupan Islami dalam wadah pelaksanaan Khilafah Islamiyah. Inilah yang ditunjukkan secara sangat jelas oleh pikiran dan sepak terjang kaum muslim masa sekarang semisal pengarang buku Mencari Kunci Re-zeki yang Hilang (Ustadz Zaenal Abidin bin Syamsudin Lc) yang menyatakan : beberapa kunci dalam mencari rezeki yang halal dan berkah antara lain rajin berdoa dengan penuh keyakinan, beristighfar, bertobat, bersyukur kepada Allah, berikhtiar dan bertawakal, silaturahim, bersedekah dan memberi nafkah kepada para penuntut ilmu agama.
Oleh karena itu, perjalanan waktu yang telah hampir satu abad (85 tahun) sejak runtuhnya Khi-lafah Islamiyah terakhir (Utsmaniyah) di Istambul, sama sekali tidak memberi manfaat kesadaran pe-mikiran kepada umat Islam bahkan sebaliknya mereka makin membatu dalam kebenciannya terhadap Ideologi Islam dan Khilafah Islamiyah, serta pada saat yang sama mereka makin membela kekufuran berikut kaum kufar pengusung utama sistem kufur tersebut. Umat Islam sama sekali tidak tersadarkan pikirannya walau mereka telah sering membaca pernyataan Allah SWT :
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ (الحديد : 16)
bukankah telah cukup waktu walau baru sebentar bagi orang-orang yang beriman untuk memfokuskan kesadaran mereka kepada hubungan dirinya dengan Allah dan kepada al-haq (Islam) yang telah Allah turunkan dan janganlah mereka menjadi seperti orang-orang sebelumnya yang telah diberikan kepada mereka Al-Kitab (Taurah dan Injil) lalu telah berlangsung atas kehidupan mereka waktu yang sangat panjang namun yang terjadi adalah perasaan mereka menjadi keras membatu dan sebagian sangat be-sar mereka adalah fasiq
Mereka pun tidak peduli bahkan tidak pernah mempersoalkan realitas kehidupan dunia yang telah lama berubah dari Islami menjadi berbasis kekufuran. Mereka tidak pernah menitikkan setetes pun air mata ketika membaca pernyataan Rasulullah saw :
رَأْسُ الْأَمْرِ الْإِسْلَامُ وَعَمُودُهُ الصَّلَاةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ (رواه الترمذي)
Pokok segala urusan itu adalah Islam dan pilarnya adalah shalat dan perkara yang paling tinggi ni-lainya adalah jihad
yang pada tatanan praktis (negara dan pemerintahan) telah berubah sepenuhnya menjadi :
رَأْسُ الْأَمْرِ الْكُفْرُ وَعَمُودُهُ الرَّأْسُمَالِيَّةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الإِسْتِعْمَارِيَّةُ
Pokok segala urusan itu adalah kekufuran dan pilarnya adalah kapitalisme dan perkara yang paling tinggi nilainya adalah penjajahan
Padahal dalam berbagai majelis ta’lim, majelis dzikir, majelis wirid dan sebagainya yang saat ini ba-nyak dibanjiri oleh umat Islam, sangat sering bahkan selalu terjadi suasana duka bercucuran air mata disertai mulut yang tidak henti-hentinya mengeluarkan ucapan  اَللهُ اَكْبَرُ. Inilah ironi dan pardoksal yang melekat sangat “lengket” dalam diri kaum muslim.

Ada apa dengan umat Islam saat ini?
Seluruh pernyataan dan sikap “ulama dan para tokoh muslim” adalah bukti yang sangat pasti un-tuk menetapkan apa yang sebenarnya telah lama melanda umat Islam saat ini. Menempatkan Islam se-bagai hanya agama spiritualisme ritualisme, menjadikan sebagian syariah Islamiyah sebagai sub sistem dari mainstream sekularistik, memposisikan negara kebangsaan layaknya Khilafah Islamiyah, menjadi-kan Islam hanya sebagai asesoris untuk perjalanan bisnis kapitalistik, menyerahkan penyelesaian urus-an umat Islam kepada pemerintah kufur di suatu negara kebangsaan dan seterusnya, adalah sikap yang muncul dari sebuah keputusan menjadikan kepentingan naluriah manusia (اَهْوَاءُ النَّاسِ) sebagai Tuhan yang memiliki otoritas membuat peraturan (اَلشَّارِعُ اَيِ الْمُشَرِّعُ). Hal itu karena setiap keputusan yang di-tetapkan bukan berdasarkan atau digali dari seruan Allah SWT maka secara otomatis itu adalah peratu-ran kufur. Allah SWT menyatakan sehubungan dengan sikap Bani Israil terhadap keputusan halal dan haram yang dilakukan oleh para pemuka agama mereka (أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ) :
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ (التوبة : 31)
Mereka (Bani Israil) menjadikan ahbar dan ruhban mereka serta Al-Masih bin Maryam sebagai Tuhan selain Allah padahal mereka tidak diperintahkan kecuali supaya mereka mentaati Tuhan Yang Satu yang tidak ada Tuhan lain selain Dia. Maha Suci Dia dari segala apa yang mereka persekutukan.

عَنْ عَدِيِّ بْنِ حَاتِمٍ قَالَ أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَفِي عُنُقِي صَلِيبٌ مِنْ ذَهَبٍ فَقَالَ يَا عَدِيُّ اطْرَحْ عَنْكَ هَذَا الْوَثَنَ وَسَمِعْتُهُ يَقْرَأُ فِي سُورَةِ بَرَاءَةٌ اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالَ أَمَا إِنَّهُمْ لَمْ يَكُونُوا يَعْبُدُونَهُمْ وَلَكِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا أَحَلُّوا لَهُمْ شَيْئًا اسْتَحَلُّوهُ وَإِذَا حَرَّمُوا عَلَيْهِمْ شَيْئًا حَرَّمُوهُ (رواه الترمذي)
Dari ‘Adiy bin Hatim berkata : saya mendatangi Nabi saw dan di leher saya tergantung salib yang terbuat dari emas. Lalu beliau berkata : wahai ‘Adiy enyahkanlah berhala itu dari dirimu! Saya (‘Adiy) mendengar beliau membaca ayat dalam surat Baraah اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ. Beli-au berkata : adapun mereka (Bani Israil) memang tidak memperhamba diri kepada mereka (ahbar dan ruhban) tetapi mereka itu jika ahbar dan ruhban menghalalkan sesuatu bagi mereka, pastilah mereka pun menghalalkan hal itu dan jika ahbar dan ruhban mengharamkan sesuatu kepada mereka, pastilah mereka pun mengharamkannya
Ibnu Jarir Ath-Thabariy meriwayatkan bahwa setelah dakwah Rasulullah saw sampai kepada ‘Adiy bin Hatim maka dia pun berkunjung ke Madinah kemudian menemui Rasulullah saw sedangkan di leher-nya tergantung salib yang terbuat dari perak dan saat itu Nabi Muhammad saw sedang membaca ayat : اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ. Lalu ‘Adiy berkata kepada Rasulullah saw :
إِنَّهُمْ لَمْ يَعْبُدُوْهُمْ فَقَالَ بَلَى إِنَّهُمْ حَرَّمُوْا عَلَيْهِمُ الْحَلاَلَ وَأَحَلُّوْا لَهُمُ الْحَرَامَ فَاتَّبَعُوْهُمْ فَذَلِكَ عِبَادَتُهُمْ إِيَّاهُمْ
Sungguh mereka (Bani Israil) tidak memperhamba diri kepada mereka (ahbar dan ruhban). Maka be-liau berkata : memang, namun sungguh mereka itu (ahbar dan ruhban) telah mengharamkan yang ha-lal kepada mereka (Bani Israil) dan menghalalkan yang haram bagi mereka (Bani Israil) lalu mereka (Bani Israil) mengikutinya. Maka itulah penghambaan (ketaatan) mereka (Bani Israil) kepada mereka (ahbar dan ruhban)
Ayat tersebut berkenaan dengan sikap Bani Israil yang menempatkan أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ sebagai tuhan sela-in Allah SWT dan sikap mereka tersebut ditunjukkan dengan adanya ketaatan mereka kepada semua keputusan atau ketetapan halal-haram para pemuka agamanya tersebut. Inilah makna atau realitas iba-dah Bani Israil kepada أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ seperti yang ditegaskan oleh Rasulullah saw kepada ‘Adiy bin Hatim : بَلَى إِنَّهُمْ حَرَّمُوْا عَلَيْهِمُ الْحَلاَلَ وَأَحَلُّوْا لَهُمُ الْحَرَامَ فَاتَّبَعُوْهُمْ فَذَلِكَ عِبَادَتُهُمْ إِيَّاهُمْ. Namun demikian dari ayat ter-sebut dapat digali sebuah realitas haram yang berlaku secara umum termasuk bagi umat Islam yakni :
حَرَّمَ اللهُ عَلَى الْمُسْلِمِيْنَ اَنْ يَّتَّبِعُوْا مَا لَيْسَ مِنْ عِنْدِهِ مِنْ دِيْنٍ وَشَرِيْعَةٍ وَنِظَامٍ ذَلِكَ بِاَنَّ كُلَّ مَا لَيْسَ مِنْهُ كَانَ كُفْرًا وَسَبِيْلَ طَاغُوْتٍ
Allah mengharamkan kaum muslim untuk mengikuti segala sesuatu yang bukan berasal dari sisi Nya berupa din, syariah maupun peraturan. Hal itu karena semua perkara yang bukan berasal dari Nya adalah kekufuran dan merupakan jalannya thaghut
Sangat disayangkan yang dilakukan oleh sebagian sangat besar umat Islam saat ini adalah justru mengikuti (mengambil dan memberlakukan) kekufuran alias jalannya thaghut tersebut yang berwujud sekularisme dengan turunan kembarnya demokrasi dan kapitalisme. Lebih mengerikan lagi adalah ber-samaan dengan sikap mereka mengikuti kekufuran tersebut, mereka pun begitu sangat membenci Ideo-logi Islam berikut wadah pelaksanaannya yang juga ditetapkan oleh Islam : Khilafah Islamiyah. Mere-ka telah berhasil dengan sempurna merubah realitas orisinal penciptaan manusia yakni untuk mentaati Allah SWT : وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ (الذاريات : 56), menjadi mentaati kaum kufar berikut sistema kufur yang akan selalu diusungnya hingga kapan pun.

Khatimah
Kesepakatan yang makin dipastikan oleh umat Islam untuk menggandengkan Islam dan kekufu-ran (demokrasi dan kapitalisme) telah menjadikan mereka sama sekali tidak dapat dibedakan dari ka-um kufar pengusung utama sistema kufur tersebut. Mereka begitu alergi dan gelisah ketika ada isyu bahwa (tahun 2004) istri SBY yakni Kristiani Wibowo adalah seorang Katholik begitu juga saat ini (ta-hun 2009) mereka menunjukkan hal yang sama gara-gara istri Boediono (Herawati) diisyukan beraga-ma Katholik. Namun mereka sama sekali tidak resah, tidak gelisah, tidak sedih, tidak merana, tidak menderita, tidak nyaman dan sebagainya saat nyata-nyata sikap mereka berpihak kepada dan membela mati-matian kekufuran, seperti yang saat ini mereka pertontonkan kepada dunia. Padahal Allah SWT telah memastikan seharusnya sikap dan perjalanan kaum muslim berbeda diametral dengan kaum kufar dan ini ditunjukkan oleh pernyataan Allah SWT :

الَّذِينَ ءَامَنُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ الطَّاغُوتِ فَقَاتِلُوا أَوْلِيَاءَ الشَّيْطَانِ إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا (النساء : 76)
Orang-orang beriman itu selalu akan berperang fi sabilillah (Islam) dan orang-orang kafir itu selalu akan berperang di jalan thaghut (kekufuran). Oleh karena itu, perangilah oleh kalian (umat Islam) au-liya syetan itu (kaum kufar). Sungguh tipudaya syetan (kekufuran) itu adalah sangat lemah tak berdaya

No comments:

Post a Comment